Senin, 13 April 2015

Nata De Soya



Teknik Pembuatan Nata De Soya

A.      Tujuan
1.    Membuat Nata de soya sesuai dengan teknik pembuatanya.
2.    Membandingkan hasil fermentasi produk nata dari berbagai bahan (Coco, Soya, Corn, dan Aloe vera)

B.       Landasan Teori
Nata de coco merupakan produk fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata sebenarnya adalah polisakarida (selulosa) yang disintesis bakteri tersebut selama proses fermentasi berlangsung. Biosintesis selulosa ini menggunakan sumber gula yang berasal dari medium air kelapa, yaitu glukosa dan fruktosa.
Bakteri Acetobacter xylinum akan merubah gula pada medium menjadi selulosa. Acetobacter xylinum dapat merubah 19% gula menjadi selulosa. Selulosa yang terbentuk dalam media tersebut berupa benang-benang yang bersama-sama polisakarida membentuk jalinan yang terus menerus menebal menjadi lapisan nata (Misgiyarta, 2006 dalam http://apwardhanu.wordpress.com/2009/07/11/proses-fermentasi-pada-pembuatan-nata/).
Aktivitas pembuatan nata hanya terjadi pada kisaran pH antara 3,5-7,5 dengan pH optimum untuk pembentukan nata adalah 4. Suhu yang memungkinkan untuk pembentukan nata adalah pada suhu kamar antara 28-32°C dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum, maka komponen gula yang terdapat di dalamnya dapat dirubah menjadi suatu subtansi yang menyerupai gel yang tumbuh di permukaan media. Pertumbuhan bakteri pembentuk nata dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat keasaman medium, suhu fermentasi, lama fermentasi, sumber nitrogen, sumber karbon, dan konsentrasi starter. Sumber karbon dapat digunakan gula dari berbagai macam jenis seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, ataupun maltosa dan untuk mengatur pH digunakan asam asetat (Nadiya, 2005 dalam http://apwardhanu.wordpress.com/2009/07/11/proses-fermentasi-pada-pembuatan-nata/).
Pada proses metabolismenya, selaput selulosa ini terbentuk oleh aktivitas Acetobacter xylinum terhadap glukosa. Karbohidrat pada medium dipecah menjadi glukosa yang kemudian berikatan dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) membentuk prekursor penciri selulosa oleh enzim selulosa sintetase, kemudian dikeluarkan ke lingkungan membentuk jalinan selulosa pada permukaan medium. Selama metabolisme karbohidrat oleh Acetobacter xylinum terjadi proses glikolisis yang dimulai dengan perubahan glukosa menjadi glukosa 6-posfat yang kemudian diakhiri dengan terbentuknya asam piruvat. Glukosa 6-P yang terbentuk pada proses glikolisis inilah yang digunakan oleh Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa. Selulosa yang terbentuk mernpunyai ikatan β 1,4-glikosida dan tersusun dan komponen glukosa mannosa, rhamnosa dan asam glukoronat dengan perbandingan 3:1:1:1.
Selama fermentasi terjadi penurun pH dari 4 menjadi 3. Derajat keasaman medium yang tinggi ini merupakan syarat tumbuh bagi Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada kisaran pH 3-6. Pada medium yang asam sampai kondisi tertentu akan menyebabkan reproduksi dan metabolisme sel menjadi lebih baik, sehingga metabolitnya pun banyak.
Fermentasi Nata dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
1.         Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.
Fermentasi nata memerlukan biakan murni Acetobacter xylinum. Biakan murni ini harus dipelihara sehingga dapat digunakan setiap saat diperlukan. Pemeliharan tersebut meliputi:
a.     Proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama viabilitas (kemampuan hidup) mikroba tetap dapat dipertahankan, dan
b.     Penyegaran kembali mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi pemulihan viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum fermentasi.
2.    Penyimpanan
Acetobacter xylinum biasanya disimpan pada agar miring yang terbuat dari media Hassid dan Barker yang dimodifikasi dengan komposisi sebagai berikut : Glukosa (100 gram), ekstrak khamir (2,5 gram), K2HPO4 (5 gram), (NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4 (0,2 gram), agar (18 gram) dan air kelapa (1 liter). Pada agar miring dengan suhu penyimpanan 4-7°C, mikroba ini dapat disimpan selama 3-4 minggu.
3.    Penyegaran
Setiap 3 atau 4 minggu, biakan A. xylinum harus dipindahkan kembali pada agar miring baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan harus diuji dengan melakukan isolasi biakan pada agar cawan. Adanya koloni asing pada permukaan cawan menunjukkan bahwa kontaminasi telah terjadi. Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus diisolasi dan dimurnikan kembali sebelum disegarkan.
4.    Pembuatan Starter
Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter tumbuh dengan cepat dan fermentasi segera terjadi. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar (umur 6 hari). Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni. Pada permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan nata. Semakin lama lapisan ini akan semakin tebal sehingga ketebalannya mencapai 1,5 cm. Starter yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah diinokulasi dengan biakan murni) tidak dianjurkan digunakan lagikarenakondisifisiologis mikroba tidak optimum bagi fermentasi, dan tingkat kontaminasi mungkin sudah cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karenatidak ekonomis.
5.    Fermentasi
Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan starter. Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob (membutuhkan oksigen). Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermentasi dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal (1,0 – 1,5 cm). Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari (semenjak diinokulasi dengan starter), dan fermentasi diakhiri pada hari ke 15. Jika fermentasi tetap diteruskan , kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan oleh mikroba pencemar. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata mengandung sisa media yang sangat masam. Rasa dan bau masam tersebut dapat dihilangkan dengan perendaman dan perebusan dengan air bersih.

C.    Alat dan Bahan
Alat
Bahan
2 botol Aqua ukuran 1,5 L (untuk menampung air soya)
Air limbah tahu (soya)
Alat untuk memasak (Kompor, panci, pengaduk)
Gula pasir sebagai sumber krbon
Nampan plastik ukuran minimal 22 x 29 cm
Amonium Sulfat (ZA) sebagai sumber karbon
Kertas koran, karet kolor atau karet gelang
Asam Asetat Glacial (cuka)
Gayung, torong, corong
Stater (Bibit)
Botol sirup bening tempat membuat starter


D.    Langkah Kerja
1.      Menyaring air limbah tahu (Soya) dengan penyaringan agar bersih dan menuangkanya pada panci.
2.      Merebus sampai mendidih, serta selama perebusan menambahkan:
a.       ZA satu sendok makan untuk 3 liter air limbah tahu (Soya).
b.      Gula pasir satu sendok makan untuk 3 liter air limbah tahu, dan membuang buih yang timbul.
c.       Cuka 2 botol.
3.      Menuang ke dalam nampan sebanyak satu liter dalam keadaan panas.
4.      Menutup nampan tersebut dengan koran dan mengikatnya pakai karet.
5.      Mendinginkannya minimal 3 jam,
6.      Diinkulasi dengan starter (bibit) 100-150 cc (satu botol bibit untuk 4-5 nampan). Untuk keamanan dari kontaminasi mikroba yang terdapat di udara sebaiknya menyalakan lilin di dekat nampan saat inokulasi.
7.      Memfermentasikan selama 4-5 hari (tidak boleh membuka nampan selama proses fermentasi).
8.      Memanen nata pada umur 4-5 hari.
9.      Mengiris nata yang berupa lembaran kurang lebih 1 cm, kemudian merebusnya sampai 4 kali. Menunggu setiap kali merebus sampai mendidih serta mencucuinya 5 menit kemudian.
10.  Menyiapkan nata untuk dikonsumsi sebagai campuran makanan atau sirup.
E.     Hasil Percobaan
NATA DE SOYA KELOMPOK 6
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Tahu
Kuning Bening
Cair
± 1,5 cm
Nata belum jadi sempurna karena inkubasi kurang
8
Tahu Basi
Kuning Kecoklatan
Lembut , padat, halus, berlendir, kenyal
± 1,5 mm

NATA DE COCO KELOMPOK 1
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Ket.
1
Asam
Putih
Cair
Cair setinggi 2 cm

8
Asam
Putih
Kenyal
1,5 cm

NATA DE COCO KELOMPOK 2
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Asam
Putih
Cair
-
Tinggi1,5 cm
8
Asam
Putih
Kenyal
1 cm
Berhasil
NATA DE CORN KELOMPOK 3
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Ket.
1
Bau Jangung
Kuning
Cair
-

8
Menyengat
Putih
Padat dan kenyal
5 mm
NATA DE CORN KELOMPOK 4
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Ket.
1
Bau Jagung
Kuning
Cair
1 cm

8
Bau Asam
Putih
Lunak dan kenyal
1 cm
NATA DE SOYA KELOMPOK 5
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Tahu
Kuning bening
Cair
± 1, 5 cm
Nata belum jadi sempurna dikarenakaninkubasi kurang.
8
Tahu basi
Kuning kecoklatan
Lunak dan kenyal
± 2 mm
NATA DE ALOE VERA KELOMPOK 7
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Lidah Buaya
Putih Bening
Cair
-
Nata Belum jadi semua karena waktu inkubasi kurang
8
Asam
Putih
Halus, kenyal, padat
0,2 cm
NATA DE ALOE VERA KELOMPOK 8

Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Aloe vera
Putih Bening
Cair
1 cm
Nata belum jadi sempurna karena waktu inkubasi kurang
8
Asam
Putih
Halus kenyal
3 mm

















F.       Pembahasan
Pada tabel hasil pengamatan pembuatan Nata de Soya terlihat perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pembuatan selama 8 hari proses fermentasi. Sebelum fermentasi berbau tahu, warna kuning bening, tekstur cair dengan tinggi ± 1,5 cm. Namun setelah proses fermentasi belangsung selama 8 hari baunya menjadi berbau tahu basi dengan warna kuning kecoklatan, tekstur lembut, padat, halus, berlendir, dan kenyal. Nata hasil fermentasi dari limbah tahu tersebut memiliki tebal ± 1,5 mm. Hasil fermentasi nata ini tergolong berhasil walaupun hasil nata yang didapat hanya memiliki tebal ± 1,5 mm yang dapat dibilang sangat tipis, hal ini disebabkan karena nata tersebut belum jadi sempurna yang disebabkan kurangnya inkubasi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri pembentuk nata dipengaruhi oleh faktor lama fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari ahli yaitu Nadya yang menyebutkan adanya beberapa faktor pertumbuhan bakteri pembentuk nata, antara lain: tingkat keasaman medium, suhu fermentasi, lama fermentasi, sumber nitrogen, sumber karbon, dan konsentrasi starter.
Pembuatan nata juga dapat mengalami kegagalan jika dalam pembuatan tidak memperhatikan hal-hal berikut, antara lain: pemilihan bibit yang kurang bagus, air limbah tahu yang sudah tidak layak, proses pembersihan alat yang kurang sempurna dimana dalam pembuatan nata tidak boleh tercemar oleh mikroba luar, untuk itu peralatan sebelum pembuatan harus disterilirkan terlebih dahulu. Selain itu, faktor kecerobohan dalam proses pembuatan yang mengakibatkan goncangan pada saat fermentasi menyebabkan nata berlapis.
Jika dibandingkan dengan pembuatan nata bahan lain, seperti: Nata de Coco, Nata de Corn, maupun Nata de Aloe vera, pembuatan nata dengan bahan limbah tahu yang menghasilkan produk fermentasi nata de soya ini memiliki tingkat ketebalan yang paling rendah dalam waktu fermentasi yang sama yaitu selama 8 hari, dalam pembuatan nata de soya memerlukan waktu inkubasi yang lebih lama dibanding yang lain untuk menghasilkan produk nata yang lebih tebal. Namun, berdasarkan rasa, setiap nata memiliki rasa yang hampir sama/ tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya.

G.      Kesimpulan
1.    Faktor pertumbuhan bakteri pembentuk nata, antara lain: tingkat keasaman medium, suhu fermentasi, lama fermentasi, sumber nitrogen, sumber karbon, dan konsentrasi starter.
2.    Pembuatan nata mengalami kegagalan jika: pemilihan bibit yang kurang bagus, air limbah tahu yang sudah tidak layak, proses pembersihan alat yang kurang sempurna, serta faktor kecerobohan dalam proses pembuatan.
3.    Hasil produk fermentasi nata de soya memiliki ketebalan yang paling rendah/ tipis dibanding dengan Nata de Coco, Nata de Corn, maupun Nata de Aloe vera dengan proses fermentasi selama 8 hari.

H.      Daftar Pustaka
Mimin Mintarsih dan Dadang Machudin. 2012. Biologi untuk Kelas 3 SMA. _: Sony Sugema Collage.

Data pendidikan. 2012. Cara Membuat Nata de Soya. Di unduh dari  http://datapendidik.blogspot.com/2012/06/cara-membuat-nata-de-soya.html#ixzz2RGeprGm6  Pada tanggal 27 April 2013 Pukul 10:12

Gusti Setiavani. 2009. Fermentasi. Di unduh dari http://guesty.wordpress.com/2009/01/28/fermentasi/  Pada tanggal 27 April 2013 Pukul 10:12

Uliyanthi. 2009. Proses Fermentasi pada Pembuatan Nata. Di unduh dari http://apwardhanu.wordpress.com/2009/07/11/proses-fermentasi-pada-pembuatan-nata/ pada tanggal 27 April 2013 Pukul 10:12

0 komentar:

Posting Komentar

 

Notes Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template