Selasa, 10 Juni 2014

Contoh LKS IPA SD (Konduktor Isolator)

3 komentar


LEMBAR KERJA SISWA

Sekolah                       : SD Negeri 1 Suka Makmur
Mata Pelajaran            : IPA
Kompetensi Dasar       : 7. 1 Menyajikan informasi tentang perpindahan dan
perubahan energi listrik
Hasil Kerja                  :  Membuktikan benda yang bersifat konduktor dan isolator
 listrik.
Kelas/ Semester           : 6/ II
Hari/ Tanggal              : Kamis, 3 Oktober 2013
Waktu                         : 20 menit

I.         Indikator
7.      1. 4 Membedakan benda yang bersifat konduktor dan isolator listrik.
7.      1. 5 Menggolongkan benda-benda yang bersifat konduktor dan isolator listrik.

II.      Tujuan
A.    Siswa dapat membedakan benda yang bersifat konduktor dan isolator listrik.
B.     Siswa dapat menggolongkan dan membedakan benda-benda yang bersifat konduktor dan isolator listrik.

III.   Petunjuk
A.    Siapkan alat-alat percobaan.
B.     Lakukan percobaan kelompok sesuai petunjuk kerja.
C.     Catatlah hasil percobaan.

IV.   Langkah Kerja
1.      Sediakan sebuah baterai, bola lampu, kabel, kayu, garpu, aluminium, kain, kaca, plastik, karton, serta paku.
2.      Lakukan kegiatan berikut ini secara berkelompok.
a.       Susun baterai, kabel, dan bola lampu seperti pada gambar berikut ini.


 








b.      Mula-mula hubungkan ujung kawat A dan B. Apakah bola lampu itu menyala?
c.       Lepaskan hubungan A dan B. Kemudian, sambungkan ujung-ujung A dan B itu dengan benda yang akan diselidiki (kayu, garpu, aluminium, kain, kaca, plastik, karton, serta paku) . Misal seperti pada gambar berikut:
 







d.      Amatilah nyala lampu yang terjadi dan isikan hasil percobaan tersebut pada tabel seperti berikut ini.
Tabel Benda-Benda Yang Bersifat Konduktor Dan Isolator Listrik
No.
Nama
Bola Lampu
Mengalirkan Listrik
Sifat Benda
Menyala
Tidak
1.
Kayu




2.
Garpu




3.
Aluminium




4.
Kain




5.
Kaca




6.
Plastik




7.
Karton




8.
Paku





V.      Kesimpulan
1.      Benda yang bersifat                          dapat mengalirkan arus listrik sehingga lampu dapat menyala, sedangkan benda yang bersifat                                             tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga lampu tidak menyala ketika rangkaian listrik dihubungkan dengan benda tersebut.
2.      Benda yang bersifat konduktor meliputi                             ,                         ,
serta                              . Sedangkan benda yang bersifat isolator meliputi
                               ,                             ,                               ,


 
     serta                    .        .

VI.   Ketrampilan Proses yang Dikembangkan
A.    Eksperimen
B.     Klasifikasi
C.     Inferensi
D.    Cloud Callout: Nama Kelompok: ..............................
Ketua    : ..............................
Anggota    : 1. ..........................
       2. ..........................
       3.  .........................
Komunikasi
E.     Menganalisa



8 Keterampilan Guru dalam Mengajar

0 komentar





 

                                                                             BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Mengajar merupakan kegiatan menyampaikan informasi/ pengetahuan kepada peserta didik mengenai materi yang dibutuhkan peserta didik sesuai dengan tingkatannya, sehingga peserta didik yang tadinya belum tahu menjadi tahu, yang tadinya belum paham menjadi paham. Untuk itu, menjadi seorang guru seyogyanya memiliki keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar yang perlu dikuasai setidaknya ada 8 keterampilan sebagai bekal untuknya mengajar. 8 keterampilan ini merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki dan dipahami oleh seorang guru secara utuh, sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran.
Seorang guru yang tidak menguasai keterampilan megajar tidak akan dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan maksimal, karena keterampilan mengajar ini digunakan guru untuk menarik peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pelajaran tanpa merasakan kebosanan yang berarti. Selain itu, dengan keterampilan mengajar yang miliki oleh guru diharapkan dapat membuat siswa lebih menyukai belajar. Kita ketahui bahwa, peserta didik apalagi pada tingkatan sekolah dasar lebih menyukai bermain-main dibanding dengan belajar. Oleh karena itu, dengan keterampilan mengajar guru dapat melakukan suatu taktik jitu untuk menarik perhatian peserta didik dari awal sampai akhir pelajaran.


1
 

Pembelajaran akan menjadi lebih berwarna dan tidak membosankan jika guru yang mengajar dapat melakukan berbagai variasi dalam mengajar. Untuk mencari variasi-variasi terebut seorang guru harus memiliki keterampilan mengajar sehingga variasi pembelajaran yang ia pilih tepat sesuai dengan tingkatan peserta didik. Penguasaan keterampilan mengajar sangatlah penting sebagai bekal menjadi guru yang profesional dalam mengajar. Karena guru yang profesional akan memberikan pengajaran kepada peserta didiknya secara optimal. Seluruh kemampuan yang ia miliki akan ia keluarkan, sehingga output yang didapat juga akan optimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Keterampilan yang guru miliki dapat terlihat ketika ia mengajar, apakah telah baik atau masih asal-asalan. Seorang guru yang baik akan memperhatikan hal sekecil apapun sehingga tidak terjadi suatu kesalahan yang idak diharapkan.

B.  Rumusan Masalah
1.        Apa yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru?
2.        Apa saja 8 keterampilan mengajar yang harus dimiliki guru?
3.        Bagaimana prinsip-prinsip pelaksanaan keterampilan mengajar?

C.  Tujuan
1.        Menjelaskan pengertian keterampilan mengajar guru.
2.        Menjelaskan 8 keterampilan guru dalam mengajar.
3.        Menjelskan prinsip-prinsip pelakanaan keterampilan mengajar.

D.  Manfaat
Penulisan makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai 8 keterampilan guru dalam mengajar, terutama bagi calon pendidik  sebagai pengetahuan yang harus dimiliki pada saat terjun menjadi seorang pendidik.

E.  Sistematika Penulisan
Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. Kedua berisi pembahasan. Ketiga penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dilengkapi dengan daftar pustaka.







 

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Ketrampilan Mengajar Guru
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”,  sedangkan mengajar adalah “melatih”. Menurut Muhammad Ali (2008: 12) mengajar adalahsegala upaya yang disengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan menurut William H. Burton ( dalam Muhammad Ali 2008: 12) menyatakan bahwa mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Berdasarkan pengertian dari ketrampilan dan mengajar tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.

B.       Macam-Macam Ketrampilan Guru dalam Mengajar


3
 

Ketrampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks., sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Menurut Turney ( dalam E. Mulyasa 2009: 69) ada 8 keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu ketrampilan mengajar, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.setiap keterampilan tersebut harus dikuasai guru secara utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan secara sistematis agar tercipta pembelajaran yang kreatif, invatif, profesional, dan menyenangkan.
Berikut ini uraian dari 8 ketrampilan guru dalam mengajar menurut berbagai sumber, antara lain:
1.    Keterampilan Membuka dan Munutup Pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan yang wajib dan rutin dilakukan pada saat pembeajaran belangsung. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilakukan untuk mengawali dan mengakhiri pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Untuk itu dalam membuka dan menutup pembelajaran perlu dilakukan secara profesional agar dapat berdampak positif bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Pengaruh positif dari kegiatan membuka dan menutup pelajaran menurut Mulyasa (2009: 83), antara lain:
a.    Membangkitkan motivasi belajar peserta didik, agar peserta didik dapat termotivasi dalam membuka pelajaran hendaknya guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dengan pelajaran yang akan disampaikan, dan ketika menutup pelajaran hendaknya guru bersama pesrta didik merangkum materi yang telah dipelajari.
b.    Peserta didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas, dan batas waktu pengumpulan tugas.
c.    Peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai pendekatan yang akan diambil dalam mempelajari materi pembelajaran dan mencapai tujuan yang dirumuskan.
d.   Peserta didik memahami hubungan antara bahan-bahan atau pengalaman yang telah dimiliki dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
e.    Peserta didik dapat menghubungkan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip atau generalisasi dalam suatu peristiwa embelajaran.
f.     Peserta didik mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan terhadap bahan yang akan dipelajari. Sedangkan guru, dapat mengetahui tingkat keberhasilan  atau keefektifan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menyiapkan mental anak dalam menerima materi pelajaran yang akan disampaikan sehingga peserta didik dapat memusatkan diri untuk mengikuti pelajaran . Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam membuka pelajaran menurut Mulyasa (2009:84), anatara lain:
a.    Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disampaikan.
b.    Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari.
c.    Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajarandan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mrncapai tujuan yang telah dirumuskan.
d.   Mendayagunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang disajiakan.
e.    Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajagi kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Komponen-komponen yang perlu diperhatikan dalam membuka pelajaran antara lain:
a.    Menarik Perhatian Siswa
Pada saat membuka pelajaran keahlian guru dalam menarik perhatian siswa sangatlah diperlukan. Beberapa hal yang dapat digunakan untuk menarik siswa, antara lain:
1)   Gaya mengajar guru
Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti: Memilih posisi yang sesuai ketika mengajar, baik di depan, di tengah, maupun di belakang. Posisi ini perlu diperhatikan agar peserta didik tetap terfokus kepada guru. Selain posisi, gaya mengajar guru dalam memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya pun diperlukan, misal: kegiatan membaca, bercerita, demonstrasi, dll.
2)   Penggunaan alat bantu mengajar
Penggunaan alat bantu ketika mengajar disamping dapat menarik perhatian siswa juga dapat mengaitkan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari. Contoh alat bantu mengajar seperti : gambar, model, skema, dll.
3)   Pola interaksi yang baik dan bervariasi
Menggunakan pola yang baik dan bervariasi dapat menarik perhatian siswa sehingga pembelajaran tidak terlihat monoton dan materi yang disampaikan mudah dimengerti. Bentuk pola interaksi antara lain: interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan interaksi antara siswa dengan siswa.

b.      Menimbulkan Motivasi
Cara yang dapat dilakukan guru untuk menimbulkan motivasi siswa antara lain:
1)   Hangat dan antusias
Ketiga guru mengajar hendaknya dilakukan dengan ramah, antusias, serta bersahabat. Hal ini dapat mendorong tingkah dan kesenangan dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa untuk belajar akan timbul.
2)   Menimbulkan rasa ingin tahu
Untuk membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri peserta didik, guru dapat melakukan berbagai kegiatan, seperti: bercerita, mendemonstrasikan suatu peristiwa, dll. Setelah melakuka kegiatan tersebut,  kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya suatu hal yang berkaitan dengan apa yang telah diceritakan atau didemonstrasikan. Sehingga peserta didik dapat termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan baik.
3)   Mengemukakan ide yang bertentangan
Menimbulkan motivasi dengan mengemukakan ide yang bertenangan dapat dilakukan dengan melontarkan ide/ pertanyaan yang bertentangan dengan kenyataan sehari-hari. Contoh: Jika transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk, mengapa banyak penduduk di pulau jawa tidak mau transmigrasi?
4)   Memperhatikan minat siswa
Setiap individu memiliki minat yang berbeda-beda sehingga sulit bagi guru untuk menyesuaikan satu per satu dari masing-masing minat peserta didik. Untuk itu, guru dapat menyesuaikan topik pelajaran dengan minat umum peserta didik yang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis kelamin, umur, lingkungan, adat, budaya sosial ekonomi dan sebagainya.

c.    Memberi Acuan (Structuring)
Memberi acuan (structuring) merupakan suatu usaha untuk mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkai alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari. Cara yang dapat dilakukan, antara lain:
1)   Mengemukakan tujuan dan batas tugas
Contoh : Guru menyampaikan bahwa hari ini kita belajar mengarang cerita perhatikan tiga buah gambar berikut lalu berdasarkan gambar itu tulis suatu cerita yang panjangnya lebih kurang 100 kata.
2)   Menyarankan langkah-langkah yang dilakukan
Tujuan dari kegiatan ini agar dalam pelajaran peserta didik akan terarah usahanya dalam mempelajari materi dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan.
Contoh : Guru menyampaikan tugas peserta didik adalah membuktikan pada temperature berapa derajat celcius air mendidih langkah yang harus peserta didik kerjakan adalah :
a)    Mengukur temperature yang belum dipanasi
b)   Lalu nyalakan lampu spirtus ini dan panaskan air dalam gelas ini
c)    Jika air sudah mendidih catatlah berapa suhunya sesuai dengan yang kelihatan pada temperatur.
3)   Mengingatkan masalah pokok yang dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya dengan mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dari   sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan lain-lain. Selain itu tunjukan juga hal negatif yang hilang atau kurang lengkap. Contoh: Periksalah bahan-bahan ini dan tentukan mengapa beberapa batu dapat digolongkan dalam jenis batu yang mengandung biji besi dan yang lain tidak.
4)   Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan dipelajari.

d.   Membuat Kaitan
Jika guru akan menjelaskan materi baru, guru perlu menghubungkan dengan hal yang telah dibuat siswa, pengalaman ataupun minat dan kebutuhanya untuk mempermudah pemahaman hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah yang disebut dengan pengait. Kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk mengaitkan antara lain:
1)   Pada permulaan pelajaran guru meninjau kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan pertanyaan atau merupakan inti materi pelajaran terdahulu secara singkat. Guru dapat membuat kaitan antara aspek yang relevan.
2)   Membandingkan atau mempertentangkan dengan pengetahuan baru, hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya dengan pengetahuan lama.
3)   Menjelaskan konsep atau pengertian lebih dahulu sebelum mengerjakan bahan secara terperinci.
Selain membuka pelajaran, untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari sserta mengakhiri kegiatan, sehingga peserta didik memiliki gambaran menyeluruh mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. Guru dapat melakukan kegiatan menutup pelajaran dengan beberapa kegiatan, antara lain:
a.    Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari yang dapat dilakukan oleh siswa bersama-sama dengan guru.
b.    Mengajukan beberapa pertanyaan mengenai materi yang sebelumnya dipelajari untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
c.    Menyampaikan bahan-bahan pendalaman materi yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya dan memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari
d.   Memberikan post test baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan.
Agar kegiatan menutup pelajaran dapat dilakukan secara efektif dan berhasil guru perlu memperhatiakan beberapa komponen dalam menutup pelajaran, antara lain:
a.   Meninjau kembali
Akhir kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah dipahami oleh siswa, kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara:
1)   Merangkum inti pelajaran
2)   Membuat ringkasan dari materi yang telah dipelajari.
b.   Mengevaluasi hasil belajar peserta didik
Salah satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi. Bentuk-Bentuk Evaluasi yang dapat dilakukan oleh guru Meliputi:
1)   Mendemonstrasikan
Contoh: Ketrampilan setelah selesai mengarang gerakan pada tari kreasi, siswa mendemostrasikan hasil karangannya di depan kelas.
2)   Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
Contoh: Setelah guru menyampaikan materi mengenai tehnik-tehnik membuat karangan, siswa membuat karangan sesuai dengan tehnik-tehnik yang telah dipelajari.
3)   Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru dapat meminta komentar atau pendapatnya masing-masing tentang sesuatu hal yang telah dilakukan sebelumnya dalam pembelajaran
4)   Soal-soal tertulis
Guru dapat memberikan soal-soal tertulis dalam bentuk uraian, tes objektif, atau melengkapi lembar kerja.

2.    Ketrampilan Menjelaskan (Explaning Skill)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “menjelaskan” berarti menerangkan; menguraikan secara terang. Sedangkan menurut Mulyasa (2008: 80) menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menurut M. Ruslan (dalam http://www.artikelbagus.com) ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menjelaskan merupakan penyajian informasi secara lisan dengan mendeskripsikannya yang diorganisasikan dengan sistematik tentang suatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiiki guru, karena seorang guru dituntut untuk mampu memberikan penjelasan kepada peserta didiknya. Mulyasa (2008: 80) menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan, antara lain:
a.    Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran.
b.    Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
c.    Penjelasan dapat diberikan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar yang sudah direncanakanuntuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
d.   Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kmpetensi dasar dan bermakna bagi peserta didik.
e.    Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
Alasan seorang guru perlu memiliki keterampilan menjelaskan dalam mengajar antara lain:
a.         Meningkatkan keefektifan dalam pembicaraan agar benar-benar menjadikan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh siswa.
b.        Kadangkala penjelasan yang diberikan oleh guru tidak jelas bagi murid, tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Mungkin disebabkan  karena gaya bahasa yang digunakan guru belum dapat dicerna atau dinalar oleh siswa atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangan pemikiran mereka. Hal  ini tercermin dalam ucapan guru, “Penerangan Ibu sudah jelas, bukan?”. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam mengenal atau menganalisis tingkat pemahaman siswa sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam proses memberikan penjelasan. 
c.         Tidak semua siswa dapat menggali atau memahami sendiri pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Oleh karena itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tersebut.
d.        Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam memahami pelajaran. Guru perlu membantu siswa dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diberikan. 
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan ketika menjelaskan dalam pembelajaran yaitu komponen merencanakan dan komponenpenyajian suatu penjelasan.

a.    Merencanakan
Guru perlu merencanakan dengan baik apa yang akan disampaikan sebagai penjelasan kepada peseta didik. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam merencanakannya, yaitu:
1)   Berhubungan dengan isi pesan yang akan disampaikan, anatar lain:
a)    Menganalisis masalah secara  keseluruhan.
b)   Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dikaitkan.
c)    Menggunakan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
2)   Berhubungan dengan penerima pesan, antara lain:
a)    Kepada siapa penjelasan disajikan.
b)   Kesiapan siswa mendengar.
c)    Usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosbud, lingkungan belajar.

b.   Penyajian suatu penjelasan
1)   Kejelasan :
a)    Tata bahasa yang baik, bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar, tidak terlalu pelan dan tidak terlalu keras tapi dapat didengar oleh seluruh peserta didik yang ada di kelas.
b)   Menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga udah dimengerti oleh peserta didik.
c)    Menghindari kalimat yang tidak lengkap. Hindari istilah tidak jelas/meraguka,  misal “yang semacam itu”, “kira-kira sekian”.
d)   Bila ada istilah baru yang kiranya belum diketahui siswa, guru perlu memberikan definisi yang tepat.
e)    Guru tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit untuk mengatasi keterbatasan perbendaharaan kata-kata dan ungkapan yang dimiliki siswa.


2)   Penggunaan contoh dan illustrasi
Ketika memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat dua pola dalam penggunaan contoh dan ilustrasi, yaitu:
a)    Pola induktif, pada pola ini guru memberikan contoh terlebih dulu kemudian disimpulkan dalil atau teorinya.
b)   Pola deduktif, pada pola ini guru menjelaskan dalil atau teori terlebih dulu kemudian memberi contoh untuk memperdalam penjelasan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan contoh dan ilustrasi, antara lain:
a)    Guru memberikan contoh yang cukup untuk menanamkan pengertian dalam penjelasannya.
b)   Guru menggunakan contoh yang relevan dengan sifat dari penjelasan itu.
c)    Contoh yang diberikan guru sesuai usia, pengetahuan, dan latar belakang peserta didik.

3)   Pengorganisasian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian antara lain: guru harus menunjukkan dengan jelas pola atau struktur sajian, khususnya hubungan antara contoh-contoh dan generalisasi (hukum, rumus, dll) serta guru memberikan ikhtisar butir-butir yang penting, baik selama pelajaran maupun pada akhir pelajaran, dan bila perlu memberikan penjabaran tambahan.

4)   Penekanan
Ketika memberikan penjelasan,  guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah-masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “yang terpenting adalah” atau “perhatikan dengan baik anak-anak, yang ini agak sukar”. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemberian tekanan yaitu:
a)    Guru mengadakan variasi suara dalam memberikan penekanan pada hal-hal penting dalam penjelasan.
b)   Butir-butir pentig dalam penjelasan diberi tekanan dengan cara mengulanginya, mengatakannya dalam kalimat lain, atau menyebutkan satu demi satu.
c)    Penekanan yang berbeda diberikan pola dengan mimik, isyarat, ataupun dengan gerakan selama pelajaran berlangsung.
d)   Pemberian tekanan juga diberikan dengan menggunakan gambar, demonstrasi, atau benda lainnya.

5)   Penggunaan balikan
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman ataupun keraguannya (ketidakmengertiannya) sewaktu penjelasan berlangsung. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya jawab. Selain itu, Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman, minat, atau sikap siswa tentang relevansi atau kegunaan penjelasan, seperti : “apakah anak-anak mengerti dengan penjelasan Ibu tadi?” dan sebagainya. Kemudian, guru menggunakan balikan itu untuk menyebutkan ketepatan atau mengubah maksud penjelasan.
Macam-macam Teknik Menjelaskan yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajar, antara lain:
a.    Bertanya
Guru biasanya memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan ini sesuai dengan bahan atau materi yang akan disampaikan       kepada siswa. Kadangkala pertanyaan juga dipandang sebagai pertanyaan dengan maksud agar perhatian siswa terpusat pada bahan pelajaran yang akan disampaikan, dan biasanya siswa jika dihadapkan dengan suatu pertanyaan mereka akan takut jika tidak bisa menjawabnya. Oleh karena           itu, mereka akan selalu mengulangi bahan yang telah disampaikan untuk mempersiapkan diri jika suatu saat guru menanyakannya dalam kelas (saat berlangsungnya jam pelajaran).

b.   Penjelasan
Tidak sepenuhnya pertanyaan dari guru dapat terjawab oleh siswa. Dengan berbagai teknik bertanya secara tidak langsung berarti siswa dapat memiliki sebagian bahan pelajaran yang akan diberikan oleh guru di kelas. Sehingga guru harus menjelaskan dengan memberikan keterangan secukupnya terhadap sebagian lain pelajaran yang direncanakan.
Contoh :     "Di pegunungan, banyak sekali pepohonan, penduduknya sedikit dan          udaranya segar, sedangkan di Jakarta pepohonan sedikit, penduduknya   banyak dan udaranya kotor karena mobil-mobil dan mesin pabrik mengeluarkan udara kotornya. Sehingga udara terasa semakin panas dan kita menghirup udara kotor yang bisa menyesakkan pernapasan”.

c.    Memberikan contoh
Pemahaman siswa terhadap konsep baru dapat ditingkatkan melalui pemberian contoh yang jelas dan nyata, yang dapat diambil dari kehidupan sehari-hari, yang mudah dicerna atau dipahami oleh siswa tersebut. Pemberian contoh yang dikaitkan dengan proses pengambilan kesimpulan dan dari pengambilan kesimpulan dikembangkan dengan contoh yang lebih dalam akan memberikan penjelasan yang efektif dan efisien. Sehingga memudahkan siswa dalam merangkaikan pikirannya untuk mencapai pemahaman yang mendalam.
Contoh :
“Semua benda-benda yang terbuat dari besi dapat ditarik oleh magnet.   Paku, peniti dan anak kunci terbuat dari besi. Jadi, benda tersebut dapat ditarik oleh magnet. (Cara induktif)
“Kertas lipat, sedotan plastik, dan pensil warna tidak dapat ditarik oleh magnet. Benda-benda tersebut bukan terbuat dari besi. Jadi, benda-benda          yang tidak terbuat dari besi tidak dapat ditarik oleh magnet. (Cara deduktif).

3.    Keterampilan Bertanya (Questioning Skill) Dasar dan Lanjutan
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses konmuikasi termasuk dalam pembelajaran yang berbentuk suatu penyampaian atau mengungkapkan pertanyaan sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon) dari siswa terhadap apa yang ditanyakan. Bertanya dapat meningkatkan aktivitas belajar seperti meningkatkan aktivitas belajar ikut serta berpartisipasi dalam pembelajaran, meningkatkan kemampuan berpikir, membangkitkan rasa ingin tahu, memastikan perhatian siswa, dll.
Adanya rangsangan yang diberikan oleh guru yang berupa pertanyaan dapat meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, memusatkan perhatian peserta didik terhadap masalah yang sedang dibahas, mengembangkan pola berpikir peserta didik, menggali informasi, mengecek pemahaman peserta didik, membangkitkan minat peserta didik terhadap materi yang sedang dibahas, serta dapat menuntun proses berpikir peserta didik karena pertanyaan yang efektif yang diajukan guru akan menuntun peserta didik menuju jawaban yang benar. Untuk itu guru perlu mengetahui kriteria pertanyaan yang baik, yaitu:
b.    Pertanyaan tersebut hendaknya jelas, singkat dan mudah dimengerti oleh siswa;
c.    Pertanyaan tersebut terfokus pada suatu masalah tertentu;
d.   Pertanyaan tersebut memberikan informasi yang cukup tentang apa yang ditanyakan.
Keterampilan bertanya dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan bertanya dasar dan lanjutan. Komponen-komponen dari keterampilan bertanya dasar antara lain:
a.    Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
Ketika memberikan pertanyaan kepada peserta didik hendaknya dilakukan oleh guru dengan menggunakan kalimat yang jelas dan singkat. Keefektifan dalam menyusun kalimat pertanyaan dapat mempermudah peserta didik untuk memahami/ mengerti inti dari pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, pemilihan kata yang sederhana juga dapat mempermudah peserta didik dalam memahaminya.

b.   Pemberian acuan
Ketika bertanya guru harus memiliki acuan, acuan ini mencakup materi apa saja yang telah disampaikan. Pertanyaan yang disampaikan tidak perlu meluas-luas ke hal-hal yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran.

c.       Pemusatan
Pemusatan dalam pemberian pertanyaan perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman secara khusus terhadap suatu materi tertentu sehingga peserta didik dapat memahami materi tersebut dengan baik.

d.   Pemindahan giliran
Setiap pertanyaan diperlukan suatu jawaban. Jawaban yang diperoleh dari peserta didik hendaknya bergiliran, tidak satu individu menawab banyak pertanyaan, hal ini akan menimbulkan perasaan iri dari individu lain, sehingga perlu diadalakan giliran dalam menjawab pertanyaan.

e.    Penyebaran
Setelah pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik,  hendaknya guru memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk menjawabnya. Karenanya, pertanyaan tersebut disebarkan kepada semua peserta didik secara merata. Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjawabnya, karena hal ini akan membuat peserta didik frustrasi dan mungkin tidak akan mengikuti pelajaran dengan baik.
Penyebaran dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada seluruh peserta didik dalam kelas, pertanyaan kepada siswa tertentu, ataupun menyebarkan respon siswa.

f.     Pemberian waktu berpikir
Pada saat mengajukan pertanyaan kepada peserta didik hendaknya guru memberikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum menj awab pertanyaan dan memberikan tuntunan kepada mereka, dengan demikian peserta didik mampu menemukan sendiri jawaban yang benar. Hal ini penting dilakukan karena setiap peserta didik mempunyai latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Pemberikan kesempatan kepada peserta didik berpikir akan melatih peserta didik mengaktifkan otaknya untuk berfikir mencari solusi atas pertanyaan yang sebelumnya telah diajukan.

g.    Pemberian tuntunan
Pemberian tuntunan dapat dilakukan denga cara pengungkapan pertanyaan dengan cara lain, mengajuan pertanyaan lain yang lebih sederhana, ataupun dengan mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.
Sedangkan komponen-komponen keterampilan bertanya lanjutan menurut Moch. Uzer Usman (dalam http://panduanguru.com/keterampilan-bertanya-questioning-skills/) menyebutkan beberapa komponen meliputi:
a.    Pengubahan tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan oleh guru dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengingat kembali fakta-fakta ke berbagai tingkat kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi.

b.      Urutan pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa dari tingkat mengingat, kemudian pertanyaan pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Usahakan agar jangan memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau yang bolak-balik sehingga tidak membingungkan pola berfikir peserta didik. Misalnya sudah sampai kepada pertanyaan analisis, kembali lagi kepada pertanyaan ingatan, kemudian melonjak kepada pertanyaan evaluasi. Hal ini akan menimbulkan kebingungan pada peserta didik dan partisipasi peserta didik dalam mengikuti pelajaran dapat menurun.

c.    Pertanyaan pelacak
Jika jawaban yang diberikan oleh siswa dinilai benar oleh guru, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa tersebut. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk pertanyaan pelacak, antara lain:
1)    Klasifikasi, jika siswa menjawab dengan kalimat yang kurang tepat, guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi lebih baik.
2)    Meminta siswa memberikan alasan (argumentasi) yang dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab pertanyaan guru.
3)    Meminta kesempatan pandangan, guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau penolakan disertai alasan terhadap jawaban rekannya agar diperoleh pandangan yang dapat diterima oleh semua pihak.
4)    Meminta kesempatan jawaban, guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap kurang tepat.
5)    Meminta jawaban yang lebih relevan bila jawaban siswa kurang relevan, guru dapat meminta jawaban yang benar dan relevan dari sis wa tersebut.
6)    Meminta contoh bila siswa menjawab dengan samar-samar, guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau contoh kongkrit tentang apa yang dikemukakannya.
7)    Meminta jawaban yang lebih kompoleks, guru dapat meminta siswa tersebut untuk memberi penjelasan atau ide-ide penting lainnya sehingga jawaban yang diberikannya menjadi lebih kompleks.

e.    Mendorong terjadinya interaksi antara peserta didik
Mendorong terjadinya interaksi antar peserta didik dapat dilakukan dengan mencegah pertanyaan yang dijawab hanya oleh seorang peserta didik saja, selain itu guru juga tidak segera menjawab pertanyaan peserta didik, biarkan peserta didik lain untuk berfikir jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari temannya, selang beberapa waktu barulah guru mengkonfirmasi jawaban yang tepat bersama-sama dengan siswa.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru menurut Moch. Uzer Usman (dalam panduanguru.com/keterampilan-bertanya-questioning-skills/) terbagi ke dalam dua jenis, meliputi:
a.    Jenis pertanyaan menurut maksudnya
1)   Pertanyaan permintaan (compliance question), yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
Contoh: “Dapatkah kamu tenang agar suara Budi dapat didengar oleh kalian semua?”
2)   Pertanyaan retoris (rhetorical question), yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. Hal ini merupakan teknik penyampaian informasi kepada murid.
Contoh: “Mengapa observasi diperlukan sebelum melaksanakan PPL? Sebab observasi merupakan … ” dan seterusnya.
3)   Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), yakni pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Hal ini dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau pokok inti pelajaran yang dianggap penting. Dari segi yang lain, apabila siswa tidak dapat menjawab atau salah dalam menjawab, guru mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun proses berpikir siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban bagi pertanyaan pertama tadi.
4)   Pertanyaan menggali (probing question), yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan yang pertama. Dengan pertanyaan menggali ini siswa didorong untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jawaban yang diberikan pada pertanyaan sebelumnya.

b.   Jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom.
1)   Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question), yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat hafalan atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, di mana, kapan, siapa, dan sebutkan. Contoh: “Sebutkan ciri-ciri makhluk hidup!”
2)   Pertanyaan pemahaman (comprehension question), yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan kata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan. Contoh: “Jelaskan manfaat berolah raga!”
3)   Pertanyaan penerapan (aplication question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya.
Contoh: “Berdasarkan kriteria tertentu, cobalah Anda rumuskan sebuah TIK!”
4)   Pertanyaan analisis (analysis question), yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban dengan cara mengidentifikasi, mencari bukti-bukti, dan menarik kesimpulan.
Contoh: “Berdasarkan proses tersebut, kesimpulan apa yang dapat Anda berikan?”
5)   Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat ramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari komunikasi.
Contoh: “Apa yang terjadi bila musim kemarau tiba?” ; “Apa yang Anda lakukan bila seorang siswa Anda tidak mau memperhatikan pelajaran?”
6)   Pertanyaan evaluatif (evaluation question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu yang ditampilkan.
Contoh: “Bagaimana pendapat Anda tentang program transmigrasi?”
“Apa komentar Anda tentang keluarga berencana?”

4.    Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)
Penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya tingkah laku tersebut. Tujuan dari keterampilan memberi penguatan adalah untuk:
b)   Meningkatkan perhatian siswa pada pelajaran.
c)    Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
d)   Memudahkan siswa untuk belajar.
e)    Mengarahkan kepada cara berfikir yang baik/divergen dan inidiatif pribadi.
f)    Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
Ada dua Komponen dalam keterampilan penguatan, yaitu komponen verbal dan non-verbal.
a.    Pengutan verbal
Penguatan verbal biasanya diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar dapat membangkitkan motivasi serta semangat peserta didik. Peserta didik akan merasa senang jika mendapat pujian. Misal, menggunakan kata benar, bagus, bagus sekali, tepat, betul, dll. Dapat pula diutarakan dengan sebuah kaliamat, seperti: pekerjaanmu baik sekali, saya senang dengan pekerjaanmu, pekerjaanmu semakin baik dari hari ke hari, dll.


b.   Penguatan non-verbal
Penguatan non-verbal merupakan penguatan yang dilakukan dengan menggunakan isyarat, seperti:
1)   Penguatan berupa gerakan dan mimik badan, misalnya: acungan jempol, senyuman, kerut kening, wajah cerah, dan lain-lain.
2)   Penguatan dengan cara mendekati, misal: guru duduk mendekati siswa, guru berdiri dekat siswa, berjalan disisi siswa, dan lain-lain.
3)   Penguatan dengan sentuhan, misalnya: menepu-tepuk pudak siswa dengan pelan.
4)   Penguatan dengan kegiatan yang menyenagkan, misal: siswa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia dapat diminta untuk membantu teman lainnya.
5)   Penguatan berupa symbol dan benda, misal: siswa yang mendapatkan nilai tertinggi di kelas diberi hadiah buku atau lainnya.
6)   Penguatan penuh, diberikan ketika siswa menjawab sempurna seperti apa yang diharapkan. Misal: jawabanmu benar sekali, pertahankan!, jaabanmu sempurna!, dll.
7)   Penguatan tidak penuh, diberikan apabila siswa memberi jawaban sebagian benar. Dalam hal ini guru tidak boleh langsung menyalahkan, tetapi sebaiknya member penguatan tidak penuh, misalnya: “ya, jawabanmu sudah benar, tetapi masih bisa disempurnakan lagi”dengan demikian siswa tau dimana letak ketidak sempurnaan tersebut dan bisa menyempurnakannya.
Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan penguatan harus memperhatikan hal-hal berikut: kehangatan dan antusias, kebermaknaan, menghindari respon yang negatif. Sedangkan cara penggunaannya dapat dilakukan dengan cara memberi penguatan kepada pribadi tertentu, penguatan kepada kelompok siswa, pemberian penguatan dengan segera, variasi dalam penggunaan sehingga tidak monoton dan tidak membosankan bagi peserta didik.


5.    Keterampilan Mengadakan Variasi Mengajar (Stimulus Variation)
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga  dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Tujuan guru mengadakan variasi mengajar adalah untuk:
a.    Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.
b.    Memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
c.    Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
d.   Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.
Prinsip penggunaan keterampilan mengadakan variasi mengajar yang tidak boleh terlupakan, antara lain:
a.    Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
b.    Variasi harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
c.    Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
Komponen-komponen dalam pengadaan variasi mengajar dibagi menjadi tiga, sebagai berikut:
a.    Variasi dalam gaya mengajar guru
Variasi dalam gaya mengajar guru, meliputi:
1)   Penggunaan variasi suara (teacher voice), dalam hal ini guru memberikan variasi dalam nada suara, volume suara, serta kecepatan suara, sehingga enak didengar oleh peserta didik.
2)   Pemusatan perhatian siswa (focusing), guru memberikan tekanan pada butir-butir yang penting dari penyajiannya dengan menggunakan bahasa lisan. Misalkan: dengarkan baik-baik, perhatikan ini, dll.
3)   Kesenyapan guru (teacher silence), guru dengan sengaja memberikan waktu senya dan hening dalam pembicaraannya.
4)   Mengadakan kontak pandang (eye contact), guru melayangkan pandangannya dan melakukan kontak pandang dengan peserta didik.
5)   Gerakan dan mimik badan, guru mengadakan perubahan gerak dan mimik untuk memperjelas penyajiannya dan agar selalu terlihat bersemangat dalam mengajar variasi gerak dan mimik ini pelu dilakukan.
6)   Pergantian posisi guru dalam kelas (teachers movement), guru bergerak berpindah posisi di dalam kelas untuk maksud yang berbeda-beda.

b.   Variasi penggunaan media dan alat bantu mengajar
Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni:
1)   Variasi visual, guru menggunakan alat bantu yang dapat dilihat, seperti: menulis di depan papan tulis, menunjukkan gambar atau benda, dll.
2)   Variasi aural, yaitu variasi yang didengar. Guru menggunakan berbagai suara langsung atau rekaman dalam pengajarannya.
3)   Variasi alat bantu yang dapat dipegang dan dimanipulasi, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik memegang atau memanipulasi benda-benda atau alat bantu pengajaran.

c.    Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Tujuan penggunaan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.  Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:
1)      Pola guru-murid, yakni komunikasi sebagai aksi (satu arah).
2)      Pola guru-murid-guru, yakni ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi).
3)      Pola guru-murid-murid, yakni ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4)      Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multi arah).
5)      Pola melingkar, dimana setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.

6.    Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan peserta didik menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.
Diskusi kelompok kecil bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi, meningkatkan sikap disiplin siswa, serta meningkatkan pemahaman. Memimpin diskusi kelompok kecil dilakukan dengan memperhatikan beberapa komponen, meliputi:

a.    Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topic diskusi
Selama diskusi berlangsung dari awal sampai akhir guru harus selalu berusaha memusatkan perhatian siswa pada tujuan atau topik diskusi. Guru harus menjaga agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan diskusi tidak terarah atau tujuan diskusi tidak tercapai. Tidak tercapainya tujuan dapat disebabkan oleh penyimpangan topik atau terjadinya pembicaraan yang bertele-tele. Untuk menghindari hal tersebut, kegiatan yang perlu dilakukan dalam memusatkan perhatian peserta didik yaitu:
1)   Merumuskan tujuan diskusi
Merumuskan tujuan diskusi perlu dilakukan diawal diskusi serta mengenalkan masalah dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang menggugah rasa ingin tahu. Pertanyaan yang dimaksud hendaknya tidak terlampau luas, jelas, serta memungkinkan adanya alternative jawaban.
2)   Merumuskan kembali masalah yang akan didiskusikan
Setelah mengenalkan masalah-masalah yang akan didiskusikan guru bersama peserta didik kembali merumuskan masalah yang akan didiskusikan secra khusus. Sehingga bahan diskusi terpusat pada satu masalah saja.
3)      Menandai hal-hal yang tidak relevan
Menandai dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan dari tujuan diskusi      atau masalah yang sedang dibahas. Apabila terjadi, guru segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didahului dengan komentar yang memaksa dan mengarahkan siswa sehingga diskusi kembali kearah yang diinginkan. Guru hendaknya berhati hati menunjuk dan menghentikan penyimpangan tersebut agar jangan sampai menyinggung perasaan siswa. Kontrol yang terlampau ketat dapat mematikan partisipasi.
4)      Membuat rangkuman bertahap
Merangkum hasil pembicaraan pada tahap tertentu, sebelum melanjutkan dengan masalah berikutnya. Hal ini penting dilakukan  agar kelompok menyadari hasil yang telah dicapai, target yang belum tercapai, serta apa yang dibicarakan berikutnya. Rangkuman dibuat dengan memanfaatkan gagasan siswa, misalnya:
a)    Mengakui gagasan siswa dengan jalan mengulang bagian penting yang diucapkan.
b)   Memodifikasi gagasan siswa dengan cara menguraikan kembali.
c)    Menggunakan gagasan siswa untuk mencapai kesimpulan atau menuju langkah berikutnya
d)   Membandingkan gagasan siswa dengan yang diucapkan sebelumnya.
e)    Menerangkan yang telah diuraikan siswa baik secara perorangan maupun kelompok.

b.   Memperjelas masalah atau urunan pendapat
Kegiatan yang dilakukan untuk memperluas masalah antara lain dapat dilakukan dengan mempraphrase, merangkum, menggali, serta menguraikan secara detail.

c.    Menganalisis pandangan siswa
Ketika diskusi sering terjadi perbedaan pendapat anggota kelompok. Agar perbedaan pendapat ini dapat membimbing kelompok untuk berpartisipasi secara konstruktif dan kreatif, guru diharapkan mampu menganalisa alasan perbedaan pendapat tersebut. Misalnya dapat dilakukan dengan cara:
1)        Meneliti apakah alasan yang dikemukakan memang mempunyai dasar yang kuat.
2)        Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati.
Seorang guru harus terampil dalam menganalisis pandangan yang diberikan siswa ketika bertatap muka dengan guru. Hal yang perlu dilakukan untuk menganalisis pandangan pesrta didik yakni menandai persetujuan dan ketidak setujuan siswa serta meneliti alasannya. Sehingga guru dapat memahami apa yang diinginkan peserta didiknya.

d.   Meningkatkan urunan pendapat peserta didik
Urunan pendapat peserta didik sangat berguna untuk mengaktifkan kerja otak peserta didik. Hal-hal yang perl dilakukan guru antara lain: menimbulkan pertanyaan, menggunakan contoh, menggunakan hal-hal yang sedang hangat dibicarakan, menunggu siswa menyampaikan pendapatnya, memberi dukungan kepada siswa agar tidak takut atau malu dalam menyampaikan pendapatnya.

e.    Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi, hal-hal yang perlu dilakukan yakni: meneliti pandangan, mencegah pembicaraan yang berlebihan, serta menghentikan (melarang) monopoli, sehingga tidak ada individu yang menguasai kelompok diskusi sepenuhnya, tiap siswa diberi kesempatan yang sama.

f.     Menutup diskusi
Setelah selesai melakukan diskusi, guru bersama siswa perlu menutup jalannya diskusi, agar pembelajaran dapat berakhir dengan baik.
Penutupan diskusi dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti:
        1)          Merangkum hasil diskusi
        2)          Memberi gambaran yang akan datang
        3)          Menilai baik proses maupun hasil dari diskusi yang telah dilakukan.

Diskusi kelompok kecil mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal, apabila diskusi berjalan seperti tujuan yang diharapkan sebelumnya. Kelebihan tersebut antara lain:
a.    Kelompok memiliki sumber yang lebih kaya dari paa yang dimiliki individu karena ini dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik.
b.    Anggota kelompok termotivasi oleh kehadiran anggota kelompok lain
c.    Anggota kelompok yang pemalu bebas mengemukakan pikirannya dalam kelompok kecil daripada dalam kelompok besar.
d.   Anggota kelompok merasa lebih terikat dalam melaksanakan keputusan kelompok, karena terlibat dalam proses pengambilan keputusan. 
e.    Diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun  terhadap or       ang lain dengan demikian dapat meningkatkan kemampuan individu untuk berinter aksi.
Disamping itu, terdapat pula kelemahan dari diskusi kelompok kecil yang dapat menimbulkan kegagalan, dalam arti tidak tercapainya tujuan yang diinginkan. Sedangkan kelemahan-kelemahan diskusi kelompok kecil, antara lain:
a.     Dapat memboroskan waktu, terutama bila tejadi hal hal negative seperti pengarahanyang kura     ng tepat, pembicaraan yang berlarut larut, penyimpangan yang tidak ditegur, atau penampilan     yang kurang baik.
b.    Anggota-anggota yang kurang agresif (pendiam, pemalu, dan sebagainya) sering tidak mendapat kesempatan untuk mengemukakan ide-idenya sehingga menyebabkan terjadinya frustasi dan penarikan diri.
c.    Adakalanya diskusi banyak didominasi oleh orang-orang tertentu saja.
Hal-hal yang perlu dihindari ketika melakukan/menerapkan keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil, antara lain:
a)    Diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat peserta didik.
b)   Mendominasi/ memonopoli diskusi, sehingga mengakibatkan sebagian anggota tidak bekerja.
c)    Membiarkan penyimpangan-penyimpangan.
d)   Tergesa-gesa meminta respon siswa.
e)    Membiarkan siswa yang malas/ enggan melakukan diskusi kelompok.
f)    Gagal mengakhiri diskusi dengan efektif, sehingga tujuan melakukan diskusi tidak tercapai.

7.    Keterampilan Mengelola Kelas dan Disiplin
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Mengelola kelas merupakan kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian penghargaan bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Keterampilan mengelola kelas dan disiplin dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang optimal dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi yang optimal.
Komponen dari keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang optimal meliputi:
a.    Bersikap tenang, untuk menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal diperlukan suatu ketenangan sehingga membuat situasi dan kondisi dapat dikendalikan sesuai dengan harapan. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah:
1)   Memandang dengan seksama mimik maupun gerakan dari pesera didik, sehingga guru dapat mengendalikan situasi dan kondisi agar tetap fokus dalam pembelajaran.
2)   Gerakan mendekati, kegiatan ini dapat dilakukan untuk melihat aktivitas yang dilakukan peserta didik saat berlangsungnya pembelajaran. apakah peserta didik tersebut benar-benar memperhatikan pelajaran atau melakukan hal lain.
3)   Pernyataan guru, kegiatan ini dapat dilakukan jika sebagian besar dari jumlah peserta didik tidak memperhatian jalannya pembelajaran sehingga perlu dikondisikan agar kembali tenang dengan pernyataan guru.
4)   Teguran, dilakukan tepat waktu atau pada saat itu juga dan langsung mengenai sasaran, tidak melalui perantara.
b.    Membagi perhatian, kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru baik secara verbal, visual,maupun gabungan keduanya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan fokus peserta didik terhadap jalannya proses pembelajaran.
c.    Memusatkan perhatian kelompok, kegiatan ini dapat dilakukan dengan menyiapkan, menciptakan/ mengarahkan perhatian, dan menyusun komentar.
d.   Menuntut tanggung jawab siswa, hal ini dapat dilakukan guru dengan cara menyuruh siswa lain mengawasi rekannya atau menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya.
e.    Memberikan petunjuk yang jelas kepada seluruh kelompok dan kepada siswa secara individua.
f.     Menegur, ketika guru menegur peserta didiknya harus dilakukan dengan:
1)   Tegas dan jelas, sehingga maksud dari teguran tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami oleh peserta didik.
2)   Menghindari peringatan yang kasar, karena peringatan kasar dapat membuat mental anak terganggu sehingga dapat menyebabkan ketakutan yang berlebihan kepada gurunya sendiri.
3)   Menghindari ocehan/ ejekan, dalam menegur siswa, guru harus menggunakan kalimat yang sopan dan tidak menggunakan kaliamat ejekan. Kalmat ocehan/ ejekan dapat menyakiti hati peserta didik, jika peserta didik telah sakit hati, maka akan timbul rasa benci pada gurunya sendiri. Untuk itu, pemberian teguran dengan ocehan/ ejekan perlu dihindari oleh guru.
g.    Memberi penguatan kepada peserta didik sehingga tidak timbul keraguan pada diri peserta didik dalam melakukan suatu hal atau dalam memahami materi pembelajaran.
Komponen dari keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi yang optimal, antara lain:
a.    Modifikasi tingkah laku
Cara sederhana dalam memodifikasi tingkah laku, yakni dengan memerinci, memilih, dan bekerjasama. Sedangkan cara luas yang dapat digunakan untuk modifikasi tingkah laku antara lain:
1)   Meningkatkan tingkah laku yang diinginkan.
2)   Mengajar tingkah laku yang baru.
3)   Mengurangi dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dengan penghapusan penguatan, hukuman, membatalkan kesempatan, dan pengurangan hak.
b.   Pengelolaan kelompok, dalam pembuatan kelompok perlu dikelola dengan baik dan adil sehingga tidak terjadi ketimpangan antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Dengan demikian kelompok dapat berjalan dengan baik tanpa timbul keirian dari masing-masing kelompok.
c.    Memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, dalam hal ini guru dapat mendiskusikannya dengan guru lain, konselor, atau kepala sekolah  jika dirasa ia sulit menemukan solusi yang tepat atau kurang yakin dengan solusi yang ia buat, dengan demikian terjadi kerjasama sehingga akan lebih cepat terselesaikannya masalah.
Kekeliruan yang harus dihindari guru ketika mengelola kelas agar menjadi lebih efektif:
a.    Campur tangan yang berlebihan (teachers instruction).
b.    Kesenyapan (fade away).
c.    Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars)
d.   Penyimpangan (digression)
e.    Bertele-tele (overdwelling)

8.    Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai penggabungan dari kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan. Ini berarti bahwa mengajar kelompok kecil dan perorangan terjadi dalam konteks klasikal atau menyeluruh, namun bukan berarti bahwa siswa terus menerus belajar dalam kelompok kecil dan perorangan, denga demikian siswa akan mengalami kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, dan perorangan digunakan sesuai dengan topik pembahasan yang sedang dipelajari dan tujuan yang akan dicapai.
Bentuk pengajaran untuk kelompok kecil berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 peserta didik, dan seorang untuk perorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Tujuan keterampilan mengajar kelompok kecil, antara lain:
a.    Meningkatkan kualitas pembelajran melalui dinamika kelompok.
b.    Memberikan kesempatan menyelesaikan masalah dan cara hidup secara rasional dan demokratis.
c.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong.
Sedangkan tujuan keterampilan mengajar perorangan, antara lain:
a.    Memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa.
b.    Mengembangkan daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa.
c.    Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar lebih aktif.
d.   Membentuk hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa, maupun antara siswa dengan siswa.
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan meliputi:
a.    Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi
Menerapkan pendekatan perorangan dan kelompok kecil di dalam pembelajaran, butuh pemahaman dan kepekaam guru terhadap siswa secara pribadi, mengenal karakter dan kebutuhan anak dalam belajar. Guru juga harus memiliki keterampilan khusus melakukan pendekatan psikologis akan menciptakan suasana keakraban antara siswa dan guru. Suasana tersebut diciptakan antara lain dengan cara:
1)   Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa, baik secara perorangan maupun dalam kelompok kecil.
2)   Mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa.
3)   Merespon secara positif pendapat siswa.
4)   Membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai.
5)   Menunjukkan kesiapan untuk membantu.
6)   Menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian.
7)   Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.

b.   Keterampilan mengorganisasikan
Keterampilan mengorganisasikan pembelajran perlu dikuasai oleh guru agar dapat melaksanakan perannya dengan baik. Beberapa keterampilan dalam mengorganisasikan meliputi:
1)   Memberikan orientasi umum tentang tujuan,tugas atau masalah yang akan dipecahkan.
2)   Memvariasikan kegiatan yang mencangkup/ penyatuan ruagan kerja,peralatan, cara kerja, aturan – aturan yang perlu dilakukan, serta alokasi waktu tuk kegiatan trsebut.
3)   Membentuk kelompok yang tepat dalam jumlah dan tingkat kemampuan lainnya sehingg siswasiap untuk mengerjakan tugas.
4)   Mengkoordinasikan kegiatan dengan cara melihat kemajuan belajar yang dicapai serta penggunaan materi dan sumber ,sehingga guru dapat memberikan bantuan pada saat yang tepat.
5)   Membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru siap membantu siapa saja yang membutuhkan.
6)   Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi yang dapat berupa laporan hasil dan kesimpulan dari sebuah kegiatan.

c.    Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Seorang guru diharapkan dapat membantu siswa sehingga siswa dapat menyelesaikan tugasnya tampa mengalami  frustasi baik dalam  kelompok kecil dan perorangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1)   Memberi penguatan secara tepat dan sesuai baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga siswa merasa bahwa mereka diperhatikan.
2)   Melaksanakan supervisi proses awal yang merupakn operasionalisasi dari sikap tanggap gru terhadap proses kerja siswa pada awal memulai kegiatan pembelajaran.
3)   Melaksanakan supervisi proses lanjut yang menekankan pemberian bantuan secar selektif agar kegiatan dapat berlangsung secara terarah sampai menjelang akhir kegiatan. Adapun bantuan secara selektif guru harus memilki keterampilan berinteraksi yaitu memberikan pelajaran atau bimbingan tambahan, melibatkan diri sebagai peserta untuk memotivasi siswa,memimpin diskusi, dan sebagai katalasator.
4)   Melaksanakan supervisi pemaduan yang memsatkan perhatian pada kesiapan kelompok atau perorangan untuk melakukan kegiatan akhir.

d.   Rencana yang memadai
Ketika mengajar, guru harus memiliki rencana yang memadai sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran yang memadai, antara lain:
1)   Penggunaan ruangan, dalam mengajar guru memerlukan ruangan yang layak untuk proses pembelajaran sehingga dapat bejalan dengan lancar.
2)   Penggunaan alat-alat, alat-alat dalam mengajar sangat diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran, sehingga terlihat lebih menarik dan lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
3)   Penggunaan sumber, dalam mengajar diperlukan suatu sumber pembelajaran. guru harus menggunakan lebih dari satu sumber, agar memiliki banyak referensi.
4)   Gerakan siswa, dalam pembelajaran gerakan siswa perlu diperhatikan untuk mengetahui apakah peserta didik nyaman pada saat pembelajaran atau tidak.
5)   Gerakan guru, guru perlu memperhatikan gerakannya dalam mengajar agar tidak mengganggu kenyamanan peserta didik. Jangan bergerak terlalu berlebihan.

e.       Memberikan tugas
Kegiatan yang harus dilakukan ketika pemberian tugas, meliputi:
1)   Mengarahkan tugas dengan jelas
2)   Tugas yang diberikan mearik dan menantang
3)   Bertingkat dari mudah ke sulit.
4)   Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk ikut merencanakan.
Prinsip-prinsip keterampilan mengajar perorangan yang harus diperhatikan guru, yaitu:
a.    Guru perlu mengenal siswa secara pribadi, sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat.
b.    Siswa bekerja bebas dengan bahan yang telah siap pakai, seperti: modul, paket belajar, atau dengan bahan yang telah disiapkan oleh guru sendiri.
c.    Tidak semua mata pelajaran cocok disajikan secara perorangan.
Sedangkan Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam keterampilan mengajar pada kelompok kecil, yaitu:
a.    Mengajar di dalam kelompok kecil yang bercirikan:
1)   Memiliki keanggotaan yang jelas.
2)   Terdapat kesadaran kelompok.
3)   Memiliki tujuan bersama.
4)   Saling tergantung dalam memenuhi kebutuhan.
5)   Ada interaksi dan komunikasi antar anggota.
b.    Kualitas kelompok diharapkan dapat berperan secara positif, apabila syarat-syarat kelompok dipenuhi, yaitu:
1)   Terjadi hubungan yang akrab diantara sesame anggota.
2)   Terjadi hubungan yang erat dan kompak diantara anggota kelompok.
3)   Para anggota memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
4)   Para anggota memiliki rasa kebersamaan yang kuat.
c.    Pedoman pelaksanaan
1)   Pembentukan kelompok, sebaiknya jumlah anggota kelompok antara 5-7 orang dengan pertimbangan bahwa semakin banyak anggota, maka semakin berkurang efektivitas dan aktivitas belajar setiap anggota. Pembentukan kelompok dilakukan berdasrkan minat, pengalaman, dan prestasi belajar.
2)   Perencanaan tugas kelompok.
3)   Persiapan dan perencanaan diskusi.
d.   Pelaksanaan, yang meliputi beberapa hal berikut:
1)   Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal, untuk memberikan informasi umum kepada semua siswa.
2)   Guru mempersilahkan masing-masing kelompok untuk melaksanakan tugas ditempat yang tersedia.
3)   Guru melakukan supervise dan mengikuti perkembangan proses pembelajaran dalam kelompok.






 

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.
Keterampilan yang harus dimiliki guru dalam mengajar minimal ada 8 keterampilan, yaitu keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi mengajar, keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas dan disiplin, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Kedelapan kemampuan tersebut harus dilaksanakan secara utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan secara sistematis agar tercipta pembelajaran yang kreatif, invatif, profesional, dan menyenangkan. Untuk itu guru harus memperhatian tiap komponen ataupun prinsip pelaksanaan dari kedelapan keterampilan dalam mengajar tersebut.

B.  Saran
Sebagai calon guru hendaknya mengerti dan menguasai delapan keterampilan dalam mengajar, sehingga kemampuan tersebut kelak dapat diterapkan ketika telah menjadi guru. Bagi guru, keterampilan mengajar merupakan hal pokok yang harus dimilikinya, untuk itu guru hendaknya selalu mengasah dan meningkatkan kemampuannya dalam mengajar, agar dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, efektif, dan menyenangkan.








      39
 


 




 

DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya


Eva. 2013. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan. Di Unduh dalam http://teteheva.blogspot.com/2013/03/keterampilan-mengajar-kelompok-kecil.html pada tanggal 13 Maret 2013 Pukul 11:11


Mira Sahara. 2013. Keterampilan Menjelaskan dalam Mengajar. Di Unduh dalam http://mirasahara.blogspot.com/ Pada Tanggal 12 Maret 2014 Pukul 13:51


Muhammad Ali. 2008. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo


Muhammad Arsyal H. 2012. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan. Di Unduh dalam http://muhammadarasyal-habsyie.blogspot.com/2012/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html pada tanggal 13 Maret 2013 Pukul 10:53


Muhammad Risal. 2011. 8 Keterampilan yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Guru. Di unduh dalam http://www.artikelbagus.com/2011/07/8-keterampilan-yang-harus-dimiliki-oleh-seorang-guru.html pada Tanggal 12 Maret 2014 Pukul 13:17





 

 
Nn. 2013. Keterampilan Bertanya (Questioning Skills). Di Unduh dalam  http://panduanguru.com/keterampilan-bertanya-questioning-skills/ Pada tanggal 12 Maret 2013 Pukul 23:27


Nn. Keterampilan 2012. Memimpin Diskusi Kelompok Kecil. http://kelompokgr.blogspot.com/ Pada tanggal 12 Maret 2013 Pukul 23:27


S. L. La Sulo, dkk. 1980. Micro-Teaching. Jakarta: P3G Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.




ByVrening ^_^
 

Notes Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template