Jumat, 09 Agustus 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

0 komentar

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.
  2. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.

 

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Salah satu filosofi KI Hajar Dewantara berbunyi Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun kehendak atau niat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan dan arahan). Guru merupakan pemimpin pembelajaran yang mana memberi contoh kepada muridnya (ing ngarsa sung tuladha), untuk itu guru harus menerapkan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan yang berpihak pada murid, memiliki dampak yang positif, dan dapat dijadikan contoh atau teladan bagi murid baik di kelas maupun kehidupan pribadinya.  Kemudian “Ing madya mangun karsa”, keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus dapat menumbuhkan semangat belajar murid, sehingga dapat mengembangkan potensi diri. Tut wuri handayani, dimana keputusan yang dibutuhkan harus memberikan dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.

 

 
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap manusia pasti memiliki nilai-nilai positif yang tertanam dalam dirinya, termasuk seorang guru. Nilai-nilai yang dimiliki seseorang akan memengaruhi pikiran seseorang dalam mengambil keputusan karena nilai-nilai ini akan menentukan cara pandang seseorang dalam memutuskan sesuatu solusi permasalahan. Sebagai seorang pembelajaran guru berpegang teguh pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, nilai moral, kebajikan universal serta nilai tanggung jawab agar dapat menghasilkan keputusan yang bertanggungjawab. Nilai-nilai positif tersebut berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Bagi seorang guru, seyogyanya mampu memengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid serta mampu membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar seperti yang tertuang dalam nilai-nilai guru penggarak, antara lain mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan terkait dilema etika, situasi dimana keputusan yang diambiil benar lawan benar ataupun bujukan moral (benar lawan salah). Keputusan tepat yang diambil merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh seorang guru.

 

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Keterampilan Coaching merupakan keterampilan seorang coach menggali kemampuan coachee dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapinya. Keterampilan coaching yang harus dimiliki yaitu memberikan kehadiran penuh, menjadi pendengar yang aktif, serta mampu memberikan pertanyaan berbobot. Pendekatan coaching diterapkan menggunakan metode TIRTA. TIRTA merupakan akronim dari T: Tujuan, I: Identifikasi, R: Rencana aksi, dan TA: Tanggung jawab. Kegiatan Coaching membantu saya berlatih untuk mencari solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi, selain itu dengan kegiatan coaching saya dapat mengevaluasi pilihan yang saya buat. Apakah keputusan tersebut sudah memiliki nilai-nilai kebajikan, berpedoman pada hasil akhir, dan berpihak pada murid. Guru sebagai coach harus mampu menggali potensi murid melalui pertanyaan berbobot sehingga murid dapat menemukan potensi dirinya dalam memecahkan masalah. Keterampilan coaching membantu guru memaksimalkan potensi dan memecahkan masalah baik dilema etika ataupun bujukan moral.

 

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan. Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan kesadaran penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan, konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada murid.


  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Seorang pendidik memiliki nilai-nilai antara lain mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan landasan bagi guru dalam mengambil keputusan, tentu saja dengan memperhatikan paradigma dan prinsip dalam pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan kemampuan mengidentifikasi permasalahan tersebut dapat membantu guru mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan serta pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.

 

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan mengidentifikasi terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika (benar lawan benar), sebelum mengambil sebuah keputusan kita dapat menganalisanya  berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Namun jika kasus tersebut tergolong bujukan moral (benar lawan salah) maka kita harus mengambil keputusan yang benar. Dengan melakukan hal tersebut maka  keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk murid.

 

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan di lingkungan saya untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika antara lain; 1) tantangan untuk merubah paradigma dan budaya yang sudah dilakukan sekolah selama ini, 2) tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalakan keputusan bersama, 3) adanya perbedaan pandangan di antara pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan dalam pengambilan keputusan.

 

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang kita ambil sangat berpengaruh dalam pengajaran yang memerdekakan murid. Kita dapat memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Tentunya keputusan untuk memerapkan pembelajaran diferensiasi ini guru sudah memetakan terlebih dahulu karakteristik murid. Selain itu, jika dalam pembelajaran menemui kasus dilema etika, maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid. Dan pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan murid.

 

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Untuk itu, Saat pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus benar- benar berpihak pada murid dengan memperhatikan kebutuhan belajarnya. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka kita dapat menggali potensi yang ada dalam diri murid. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.

 

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya dapatkan dalam pembelajaran materi modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin dan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya yaitu adanya satu tujuan yang sama yaitu untuk memerdekakan murid dalam belajar. Segala sesuatu yang dilakukan guru sebagai pemimpin pembelajaran haruslah berpihak pada murid.

 

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dilema etika adalah keputusan benar lawan benar, sedangkan bujukan moral adalah keputusan benar lawan salah. Paradigma pengambilan keputusan ada 4, yaitu :

1.    Individu lawan kelompok (individual vs community),

2.    Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy),

3.    Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), dan

4.    Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term).

Terdapat 3 prinsip atau pendekatan pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika, antara lain:

1.       Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),

2.       Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan

3.       Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru juga harus memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan, antara lain:

1.       Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan

2.       Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.       Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini

4.   Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)

5.       Pengujian paradigma benar atau salah

6.       Prinsip pengambilan keputusan

7.       Investigasi trilema

8.       Buat keputusan

9.       Meninjau kembali keputusan dan refleksikan

Hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya mengambil sesuai pemikiran saya saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Karena selama ini pengambilan keputusan cukup dengan mengambil keputusan yang memiliki resiko paling sedikit terhadap institusi dan diri sendiri.

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Pernah. Sebelum mempelajari modul ini, sering kali saya masih merasa bimbang apakah keputusan yang saya ambil sudah tepat karena saya belum mengerti mengenai 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saat mempelajari modul 3.1, dan mengerti penerapan 9 langkah pengambilan keputusan, saya merasa lebih yakin dqalam mengambil keputusan.

 

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?Dampak yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 yaitu saya lebih percaya diri dalam mengambil keputusan, saya merasa lebih yakin karena saya tahu keputusan yang saya ambil merupakan keputusan yang benar dan efektif, karena sudah melakukan tahapan yang tepat sehingga dapat meminimalisir dampak negatif dari pengambilan keputusan.
  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Bagi saya sebagai seorang individu maupun pemimpin, sangatlah penting mempelajari modul ini, karena dengan mempelajari modul ini kita dapat membuat keputusan yang benar dengan berpedoman pada 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Rabu, 25 Oktober 2023

TUGAS PEMBATIK LEVEL 4

4 komentar

TUGAS PEMBATIK LEVEL 4

(PENERAPAN MODEL COMPUTATIONAL THINKING DENGAN MEMANFAATKAN PLATFORM MERDEKA MENGAJAR (PMM)

Hallo sobat notes, lama tak jumpa ya... apakabar semua? semoga sehat selalu ya!

Pada blog kali ini, saya akan bercerita mengenai praktik baik yang sudah saya lakukan untuk menyelesaikan tugas PembaTIK level 4.

Praktik baik yang saya lakukan adalah "Penerapan Model Computational Thinking dengan Memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar". Nah, bagaimana proses saya menerapkan model tersebut? yuk, baca sampai selesai!

Pertama-tama, saya merancang terlebih dahulu  inovasi pembelajaran berbasis TIK yang akan saya lakukan. Saya merancang inovasi ini selama 5 hari, dari tanggal 9-13 Oktober 2023. Setelah yakin hasil rancangan saya siap diterapkan kepada siswa, saya mulai menyiapkan alat dan bahan yang saya butuhkan untuk pembelajaran, seperti laptop, lcd, dll.

Pada hari Sabtu, tanggal 14 Oktober 2023 saya menerapkan Model Computational Thinking dengan Memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar kepada Siwa SDN 1 Selotumpeng Kelas VI. Model computational thinking adalah model pembelajaran yang digunakan untuk menyelesaikan masalah atau problem solving dengan cara menguraikannya menjadi beberapa tahapan yang efektif, efisien, dan menyeluruh. Tahapan model computational thinking menurut  S. Maharani et.al. (dalam Nasibah, U., 2022:529) computational thinking atau Berpikir komputasi meliputi lima proses yakni abstraction (abstraksi), generalization (generalisasi), decomposition (dekomposisi), algorithmic (algoritma), dan debugging.

Tahapan 

Kemampuan Peserta Didik

Abstraksi

 

Kemampuan untuk memutuskan suatu objek yang akan digunakan atau ditolak, dapat berupa ditafsirkan untuk memisahkan informasi penting dari informasi yang tidak digunakan. Peserta didik dapat mengidentifikasi informasi dari soal yang diberikan

Generalisasi

 

Kemampuan untuk merumuskan solusi ke dalam bentuk umum sehingga dapat diterapkan pada masalah yang berbeda, dapat diartikan sebagai penggunaan variabel dalam menyelesaikan solusi. Peserta didik dapat menyebutkan persamaan atau perbedaan pola umum dari soal yang diberikan

Dekomposisi

 

Kemampuan untuk memecahkan masalah yang kompleks menjadi yang lebih sederhana yang lebih mudah dipahami dan dipecahkan

Algoritma

 

Kemampuan untuk merancang langkah demi langkah suatu operasi/tindakan bagaimana masalah terpecahkan. Peserta didik dapat menyebutkan langkah-langkah logis untuk menyusun penyelesaian masalah

Debug

 

Kemampuan untuk mengidentifikasi, membuang, dan memperbaiki kesalahan


Penerapan model ini saya kolaborasikan dengan Platform Merdeka Mengajar (PMM), tahapan yang saya lakukan antara lain:

  1. Guru membuat kelas di menu “Kelas” pada PMM dan membagikan link untuk mengerjakan asesmen tentang bilangan bulat pada kelas tersebut.
  2. Siswa bersama kelompoknya menuliskan informasi/ data yang ia peroleh dalam soal. (abstraksi)
  3. Mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan pada soal secara umum. (generalisasi).
  4. Siswa menjawab pertanyaan lain yang lebih kompleks pada soal berikutnya. (dekomposisi).
  5. Setelah selesai mengerjakan siswa bersama kelompoknya mengirimkan hasil jawabnya.
  6. Guru mengecek hasil yang didapat pada pmm.
  7. Siswa bersama guru membahas soal yang belum mereka pahami.
  8. Siswa mencoba mengerjakan kembali di depan kelas dengan urutan yaitu diketahui, ditanya, jawab, dan menulis kesimpulannya. (Algoritma)
  9. Siswa bersama guru menyamakan persepsi agar dapat memperbaiki kesalahan jika ada. (debug)


Gambar 1. Penerapan Model Computational Thinking dengan Memanfaatkan PMM

Gambar 2. Penerapan Model Computational Thinking dengan Memanfaatkan PMM

Setelah menerapkannya kepada siswa dan mendapat hasil yang baik, saya memberanikan diri untuk berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk meminta izin melakukan sosialisasi tentang Model Computational Thinking dengan Memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar kepada rekan-rekan guru di SDN 1 Selotumpeng. Hasil koordinasi disepakati kegiatan berbagi dilakukan pada hari Rabu, tanggal 17 Oktober 2023.

Berikut adalah sekilas foto kegiatan berbagi saya di SDN 1 Selotumpeng:


Gambar 3. Kegiatan Berbagi Praktik Baik dengan Rekan Guru SDN 1 Selotumpeng

Gambar 4. Kegiatan Berbagi Praktik Baik dengan Rekan Guru SDN 1 Selotumpeng

Jumlah guru dan karyawan di SDN 1 Selotumpeng adalah 12 orang, 1 kepala sekolah, 1 pustakawan, 1 penjaga, dan 9 guru. Guru yang menghadiri paparan saya berjumlah 7 guru, satu guru berhalangan hadir karena ada kegiatan pendampingan lomba POPDA tingkat kabupaten. Rekan-rekan guru sangat antusias dan memperhatikan paparan yang saya lakukan. Menurut rekan guru, mereka baru pertama kali mendengar mengenai model pembelajaran computational thinking, sehingga dapat menginspirasi dalam melakukan pembelajaran di kelas. Selama ini Platform Merdeka Mengajar (PMM) pun hanya digunakan untuk mencari sertifikat dengan mengikuti pelatihan mandiri. Ternyata dalam PMM terdapat banyak menu yang dapat dimanfaatkan guru untuk pembelajaran. Salah satunya menu "Kelas" yang saya gunakan untuk membuat kelas secara berkelompok. Sehingga penerapan model computational thinking  dapat terlaksana dengan lebih menarik dan memliki makna yang lebih mendalam. Selain berbagi tentang praktik baik yang saya lakukan, saya juga bercerita sedikit mengenai program pembatik yang saya lakukan. 

Kegiatan berbagi juga saya lakukan secara maya (daring) berkolaborasi dengan sahabat PembaTIK Jawa Tengah yang berjumlah 31 peserta. Kami berkoordinasi dibantu oleh Duta Teknologi tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan koordinasi melalui googlemeet pada tanggal 15 Oktober 2023, kami dibagi menjadi 10 kelompok, saya berkelompok dengan Bapak Setyo Wantjono dari SDN 1 Sima Kab. Pemalang dan Bu Fidia Astuti dari SDN Bendosari Kabupaten Wonogiri dengan dibimbing oleh pak Kelik Yan Pradana, Duta Teknologi Jawa Tengah tahun 2019.


Gambar 5. Kegiatan Koordinasi dengan Sahabat PembaTIK Jawa Tengah 2023

Gambar 6. Kegiatan Webinar TEKNOKU

Kegiatan berbagi praktik baik secara daring ini kami lakukan melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) komunitas PembaTIK Jawa Tengah pada tanggal 18 Oktober 2023. Ini adalah kali pertama saya melakukan kegiatan seperti ini. Menjadi narasumber dalam sebuah webinar. Webinar kelompok kami mengusung judul "TEKNOKU" yang merupakan kepanjangan dari "Teknologi untuk Kualitas Pembelajaran Baru". Saya memaparkan praktik baik saya "Penerapan Model Computational Thinking dengan Memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar". Alhamdulillah webinar yang kami adakan berjalan lancar dengan dihadiri oleh 87 peserta dari berbagai daerah. Daftar peserta dapat dilihat pada link berikut ini: Daftar Hadir Webinar Teknoku

Itulah beberapa kegiatan yang saya lakukan dalam rangka menyelesaikan tugas PembaTIK Level 4, semoga saya dapat selalu melakukan inovasi-inovasi pendidikan setelah kegiatan PembaTIK ini. 

Kegiatan yang saya paparkan di blog ini, juga dapat sobat "notes" lihat di vlog saya: Vlog PembaTik 2023 Berbagi Praktik Baik "Penerapan Model Computational Thinking Memanfaatkan PMM"

Link Rencana Tindak Lanjut (RTL): RTL PembaTIK Level 4 Vrening Swastyka
Link Sosial media
Instagram: @vrening
Facebook: Vrening Swastyka
Tiktok: @vrening



Pustaka: 

Nasiba, U. (2021). Brankas Rahasia: Media Pembelajaran Numerasi Berbasis Berpikir Komputasi untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. Jurnal Didaktika Pendidikan Dasar, volume 6 (2), 521-538


#PusdatinKemendikbudristek
#BLPTKemendikbudristek
#MerdekaBelajar
#PembaTIK2023
#SahabatTeknologiKemendikbudristek
#PlatformMerdekaMengajar




Pertama-

Senin, 30 November 2015

Edit Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)

0 komentar
Mau cerita sedikit nih…
Pengalaman jadi operator sekolah dasar (SD) saat berkecamuk dengan yang namanya NISN.. 
(hehe new comer)



Ceritanya kan semester depan (II) kelas VI akan UN, jadi operator bersama dengan guru kelas VI mengecek data dapodik anak kelas VI yang akan didaftarkan sebagai calon peserta UN. Data yang dicek antara lain: nama, ttl, nisn, dan data orang tua.

Nah, waktu ngecek bagian NISN, ternyata ada beberapa anak yang 3 digit angka di depan tidak sesuai dengan tahun lahirnya. Misal, anak lahir tahun 2005 seharusnya kan 3 digit awal angka NISN-nya 005, ehhh ini malah 006. Kan tidak coooocok ya..

Usut punya usut, ternyata dulunya salah nginput data (hehe) mangkanya NISN-nya tidak sesuai gitu. Langsung deh lari ke vervalpd untuk memperbaiki NISN. Dari beberapa anak yang NISN-nya tidak sesuai, saya memakai dua cara untuk memperbaikinya: pertama memakai menu “edit data”, kedua memakai menu “referensi, unmatch-kan”

Untuk penjelasan cara pertama sebagai berikut:
  1. Kalau belum login di http://vervalpd.data.kemdikbud.go.id/ login dulu ya
  2. Klik edit data
  3. Pilih pengajuan NISN
  4. Klik “pilih siswa”
  5. Pilih data siswa yang nisn-nya akan diedit, klik ok

  6. Isi kolom yang tersedia, seperti tampilan berikut ini:




  1. Check NISN yang akan diajukan, apakah sudah dimiliki oleh anak lain atau belum. Jika belum, maka dapat dilanjutkan ke langkah selanjutnya. Jika sudah ada, maka akan muncul peringatan, klik cancel saja. seperti gambar di bawah ini.


8.      Jika NISN yang akan diajukan belum ada yang menggunakan, klik “ok”.
9.      Klik “select” untuk Upload dokumen pendukung perubahan NISN (dalam hal ini saya menggunakan data pendukung kartu NISN siswa dalam bentuk .jpg)
10.   Klik pengajuan perubahan.
11.   Cek pada menu edit data, pilih status. Lihat status perubahannya apakah berhasil atau ditolak. (waktu saya, tidak sampai 24 jam sudah ada pemberitahuan).

 
 



12.   Jika sudah berhasil, masuk ke menu “referensi” lihat apakah NISN sudah berubah?

Nah, sampai tahap ini saya sudah berhasil mengubah NISN-nya. Kemudian, Saya buka aplikasi dapodik dan sinkronisasi. Tapi, setelah saya sinkronisasi ternyata NISN siswa yang diubah belum berubah, kurang puas saya sinkronkan lagi. Hmm.. belum berubah jugaaa.. Balik lagi deh saya ke vervalpd.. otak-atik-otak-atik dan setelah saya coba klik unmatch (data anak yang tadi NISN-nya saya ubah pada menu referensi), kemudian menunju menu residu dan melakukan search next, nanti akan muncul data siswa yang NISN-nya sudah diubah sebelumnya. klik match. Menuju menu konfirmasi klik ok. Otomatis data kembali ke menu referensi. Setelah itu, saya melakukan sinkronisasi lagi pada menu dapodik, nahhh baru deh data NISN-nya berubah sesuai vervalpd. Fiuhhh, Alhamdulillah berkat bantuan berbagai pihak yang ikut saya repotkan (pegawai upt kecamatan, teman ops, postingan yang ada di mbah google, dst)

Untuk cara kedua saya gunakan saat NISN untuk pengajuan baru sudah digunakan atas nama orang lain. Caranya sebagai berikut:
1.      Setelah login di vervalpd, klik menu “referensi”.
2.      Pilih data anak yang akan diubah NISN-nya.
3.      Klik unmacth (letaknya ada di pojok kiri atas).
4.      Setelah data masuk ke residu, klik select next sampai pencarian 5.
5.      Klik not match untuk membuat NISN baru.
6.      Klik menu konfirmasi data dan centang siswa yang tadi di ubah NISN-nya.
7.      Klik ok. Otomatis data siswa sudah masuk ke menu referensi dengan NISN baru yang sudah benar (sesuai dengan tahun lahir).
Setelah NISN baru sudah didapat, saya segera melakukan sinkronisasi pada aplikasi dapodik, sehingga data antara dapodik dan vervalpd sama. Dan… berhasil. Yeay!
Cara ini memang lebih simple dan lebih cepat, tapi kelemahannya saat dicek nisnnya di http://nisn.data.kemdikbud.go.id/page/data siswa jadi memiliki NISN ganda.





Pada gambar terlihat siswa tersebut memiliki 2 NISN, yang atas adalah NISN baru dan yang bawah adalah NISN lama. Data didapodik sudah memakai NISN baru. Bagaimana menurut rekan-rekan? Apakah tidak bermasalah? Bagaimana nasib NISN lama?


Sekian “sedikit”  cerita pengalaman saya. Masih harus banyak belajar. Jika berkenan memberikan kritik yang membangun saya sangat berterima kasih. JJJ

Senin, 13 April 2015

Nata De Soya

0 komentar


Teknik Pembuatan Nata De Soya

A.      Tujuan
1.    Membuat Nata de soya sesuai dengan teknik pembuatanya.
2.    Membandingkan hasil fermentasi produk nata dari berbagai bahan (Coco, Soya, Corn, dan Aloe vera)

B.       Landasan Teori
Nata de coco merupakan produk fermentasi air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata sebenarnya adalah polisakarida (selulosa) yang disintesis bakteri tersebut selama proses fermentasi berlangsung. Biosintesis selulosa ini menggunakan sumber gula yang berasal dari medium air kelapa, yaitu glukosa dan fruktosa.
Bakteri Acetobacter xylinum akan merubah gula pada medium menjadi selulosa. Acetobacter xylinum dapat merubah 19% gula menjadi selulosa. Selulosa yang terbentuk dalam media tersebut berupa benang-benang yang bersama-sama polisakarida membentuk jalinan yang terus menerus menebal menjadi lapisan nata (Misgiyarta, 2006 dalam http://apwardhanu.wordpress.com/2009/07/11/proses-fermentasi-pada-pembuatan-nata/).
Aktivitas pembuatan nata hanya terjadi pada kisaran pH antara 3,5-7,5 dengan pH optimum untuk pembentukan nata adalah 4. Suhu yang memungkinkan untuk pembentukan nata adalah pada suhu kamar antara 28-32°C dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum, maka komponen gula yang terdapat di dalamnya dapat dirubah menjadi suatu subtansi yang menyerupai gel yang tumbuh di permukaan media. Pertumbuhan bakteri pembentuk nata dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat keasaman medium, suhu fermentasi, lama fermentasi, sumber nitrogen, sumber karbon, dan konsentrasi starter. Sumber karbon dapat digunakan gula dari berbagai macam jenis seperti glukosa, sukrosa, fruktosa, ataupun maltosa dan untuk mengatur pH digunakan asam asetat (Nadiya, 2005 dalam http://apwardhanu.wordpress.com/2009/07/11/proses-fermentasi-pada-pembuatan-nata/).
Pada proses metabolismenya, selaput selulosa ini terbentuk oleh aktivitas Acetobacter xylinum terhadap glukosa. Karbohidrat pada medium dipecah menjadi glukosa yang kemudian berikatan dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) membentuk prekursor penciri selulosa oleh enzim selulosa sintetase, kemudian dikeluarkan ke lingkungan membentuk jalinan selulosa pada permukaan medium. Selama metabolisme karbohidrat oleh Acetobacter xylinum terjadi proses glikolisis yang dimulai dengan perubahan glukosa menjadi glukosa 6-posfat yang kemudian diakhiri dengan terbentuknya asam piruvat. Glukosa 6-P yang terbentuk pada proses glikolisis inilah yang digunakan oleh Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa. Selulosa yang terbentuk mernpunyai ikatan β 1,4-glikosida dan tersusun dan komponen glukosa mannosa, rhamnosa dan asam glukoronat dengan perbandingan 3:1:1:1.
Selama fermentasi terjadi penurun pH dari 4 menjadi 3. Derajat keasaman medium yang tinggi ini merupakan syarat tumbuh bagi Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada kisaran pH 3-6. Pada medium yang asam sampai kondisi tertentu akan menyebabkan reproduksi dan metabolisme sel menjadi lebih baik, sehingga metabolitnya pun banyak.
Fermentasi Nata dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
1.         Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.
Fermentasi nata memerlukan biakan murni Acetobacter xylinum. Biakan murni ini harus dipelihara sehingga dapat digunakan setiap saat diperlukan. Pemeliharan tersebut meliputi:
a.     Proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu yang cukup lama viabilitas (kemampuan hidup) mikroba tetap dapat dipertahankan, dan
b.     Penyegaran kembali mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi pemulihan viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum fermentasi.
2.    Penyimpanan
Acetobacter xylinum biasanya disimpan pada agar miring yang terbuat dari media Hassid dan Barker yang dimodifikasi dengan komposisi sebagai berikut : Glukosa (100 gram), ekstrak khamir (2,5 gram), K2HPO4 (5 gram), (NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4 (0,2 gram), agar (18 gram) dan air kelapa (1 liter). Pada agar miring dengan suhu penyimpanan 4-7°C, mikroba ini dapat disimpan selama 3-4 minggu.
3.    Penyegaran
Setiap 3 atau 4 minggu, biakan A. xylinum harus dipindahkan kembali pada agar miring baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan harus diuji dengan melakukan isolasi biakan pada agar cawan. Adanya koloni asing pada permukaan cawan menunjukkan bahwa kontaminasi telah terjadi. Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus diisolasi dan dimurnikan kembali sebelum disegarkan.
4.    Pembuatan Starter
Starter adalah populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi. Mikroba pada starter tumbuh dengan cepat dan fermentasi segera terjadi. Media starter biasanya identik dengan media fermentasi. Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar (umur 6 hari). Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni. Pada permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis berwarna putih. Lapisan ini disebut dengan nata. Semakin lama lapisan ini akan semakin tebal sehingga ketebalannya mencapai 1,5 cm. Starter yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah diinokulasi dengan biakan murni) tidak dianjurkan digunakan lagikarenakondisifisiologis mikroba tidak optimum bagi fermentasi, dan tingkat kontaminasi mungkin sudah cukup tinggi. Volume starter disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume starter tidak kurang dari 5% volume media yang akan difermentasi menjadi nata. Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karenatidak ekonomis.
5.    Fermentasi
Fermentasi dilakukan pada media cair yang telah diinokulasi dengan starter. Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob (membutuhkan oksigen). Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermentasi dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal (1,0 – 1,5 cm). Biasanya ukuran tersebut tercapai setelah 10 hari (semenjak diinokulasi dengan starter), dan fermentasi diakhiri pada hari ke 15. Jika fermentasi tetap diteruskan , kemungkinan permukaan nata mengalami kerusakan oleh mikroba pencemar. Nata berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa. Lapisan nata mengandung sisa media yang sangat masam. Rasa dan bau masam tersebut dapat dihilangkan dengan perendaman dan perebusan dengan air bersih.

C.    Alat dan Bahan
Alat
Bahan
2 botol Aqua ukuran 1,5 L (untuk menampung air soya)
Air limbah tahu (soya)
Alat untuk memasak (Kompor, panci, pengaduk)
Gula pasir sebagai sumber krbon
Nampan plastik ukuran minimal 22 x 29 cm
Amonium Sulfat (ZA) sebagai sumber karbon
Kertas koran, karet kolor atau karet gelang
Asam Asetat Glacial (cuka)
Gayung, torong, corong
Stater (Bibit)
Botol sirup bening tempat membuat starter


D.    Langkah Kerja
1.      Menyaring air limbah tahu (Soya) dengan penyaringan agar bersih dan menuangkanya pada panci.
2.      Merebus sampai mendidih, serta selama perebusan menambahkan:
a.       ZA satu sendok makan untuk 3 liter air limbah tahu (Soya).
b.      Gula pasir satu sendok makan untuk 3 liter air limbah tahu, dan membuang buih yang timbul.
c.       Cuka 2 botol.
3.      Menuang ke dalam nampan sebanyak satu liter dalam keadaan panas.
4.      Menutup nampan tersebut dengan koran dan mengikatnya pakai karet.
5.      Mendinginkannya minimal 3 jam,
6.      Diinkulasi dengan starter (bibit) 100-150 cc (satu botol bibit untuk 4-5 nampan). Untuk keamanan dari kontaminasi mikroba yang terdapat di udara sebaiknya menyalakan lilin di dekat nampan saat inokulasi.
7.      Memfermentasikan selama 4-5 hari (tidak boleh membuka nampan selama proses fermentasi).
8.      Memanen nata pada umur 4-5 hari.
9.      Mengiris nata yang berupa lembaran kurang lebih 1 cm, kemudian merebusnya sampai 4 kali. Menunggu setiap kali merebus sampai mendidih serta mencucuinya 5 menit kemudian.
10.  Menyiapkan nata untuk dikonsumsi sebagai campuran makanan atau sirup.
E.     Hasil Percobaan
NATA DE SOYA KELOMPOK 6
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Tahu
Kuning Bening
Cair
± 1,5 cm
Nata belum jadi sempurna karena inkubasi kurang
8
Tahu Basi
Kuning Kecoklatan
Lembut , padat, halus, berlendir, kenyal
± 1,5 mm

NATA DE COCO KELOMPOK 1
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Ket.
1
Asam
Putih
Cair
Cair setinggi 2 cm

8
Asam
Putih
Kenyal
1,5 cm

NATA DE COCO KELOMPOK 2
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Asam
Putih
Cair
-
Tinggi1,5 cm
8
Asam
Putih
Kenyal
1 cm
Berhasil
NATA DE CORN KELOMPOK 3
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Ket.
1
Bau Jangung
Kuning
Cair
-

8
Menyengat
Putih
Padat dan kenyal
5 mm
NATA DE CORN KELOMPOK 4
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Ket.
1
Bau Jagung
Kuning
Cair
1 cm

8
Bau Asam
Putih
Lunak dan kenyal
1 cm
NATA DE SOYA KELOMPOK 5
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Tahu
Kuning bening
Cair
± 1, 5 cm
Nata belum jadi sempurna dikarenakaninkubasi kurang.
8
Tahu basi
Kuning kecoklatan
Lunak dan kenyal
± 2 mm
NATA DE ALOE VERA KELOMPOK 7
Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Lidah Buaya
Putih Bening
Cair
-
Nata Belum jadi semua karena waktu inkubasi kurang
8
Asam
Putih
Halus, kenyal, padat
0,2 cm
NATA DE ALOE VERA KELOMPOK 8

Hari Ke
Bau
Warna
Tekstur
Tebal
Keterangan
1
Aloe vera
Putih Bening
Cair
1 cm
Nata belum jadi sempurna karena waktu inkubasi kurang
8
Asam
Putih
Halus kenyal
3 mm

















F.       Pembahasan
Pada tabel hasil pengamatan pembuatan Nata de Soya terlihat perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pembuatan selama 8 hari proses fermentasi. Sebelum fermentasi berbau tahu, warna kuning bening, tekstur cair dengan tinggi ± 1,5 cm. Namun setelah proses fermentasi belangsung selama 8 hari baunya menjadi berbau tahu basi dengan warna kuning kecoklatan, tekstur lembut, padat, halus, berlendir, dan kenyal. Nata hasil fermentasi dari limbah tahu tersebut memiliki tebal ± 1,5 mm. Hasil fermentasi nata ini tergolong berhasil walaupun hasil nata yang didapat hanya memiliki tebal ± 1,5 mm yang dapat dibilang sangat tipis, hal ini disebabkan karena nata tersebut belum jadi sempurna yang disebabkan kurangnya inkubasi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri pembentuk nata dipengaruhi oleh faktor lama fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat dari ahli yaitu Nadya yang menyebutkan adanya beberapa faktor pertumbuhan bakteri pembentuk nata, antara lain: tingkat keasaman medium, suhu fermentasi, lama fermentasi, sumber nitrogen, sumber karbon, dan konsentrasi starter.
Pembuatan nata juga dapat mengalami kegagalan jika dalam pembuatan tidak memperhatikan hal-hal berikut, antara lain: pemilihan bibit yang kurang bagus, air limbah tahu yang sudah tidak layak, proses pembersihan alat yang kurang sempurna dimana dalam pembuatan nata tidak boleh tercemar oleh mikroba luar, untuk itu peralatan sebelum pembuatan harus disterilirkan terlebih dahulu. Selain itu, faktor kecerobohan dalam proses pembuatan yang mengakibatkan goncangan pada saat fermentasi menyebabkan nata berlapis.
Jika dibandingkan dengan pembuatan nata bahan lain, seperti: Nata de Coco, Nata de Corn, maupun Nata de Aloe vera, pembuatan nata dengan bahan limbah tahu yang menghasilkan produk fermentasi nata de soya ini memiliki tingkat ketebalan yang paling rendah dalam waktu fermentasi yang sama yaitu selama 8 hari, dalam pembuatan nata de soya memerlukan waktu inkubasi yang lebih lama dibanding yang lain untuk menghasilkan produk nata yang lebih tebal. Namun, berdasarkan rasa, setiap nata memiliki rasa yang hampir sama/ tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya.

G.      Kesimpulan
1.    Faktor pertumbuhan bakteri pembentuk nata, antara lain: tingkat keasaman medium, suhu fermentasi, lama fermentasi, sumber nitrogen, sumber karbon, dan konsentrasi starter.
2.    Pembuatan nata mengalami kegagalan jika: pemilihan bibit yang kurang bagus, air limbah tahu yang sudah tidak layak, proses pembersihan alat yang kurang sempurna, serta faktor kecerobohan dalam proses pembuatan.
3.    Hasil produk fermentasi nata de soya memiliki ketebalan yang paling rendah/ tipis dibanding dengan Nata de Coco, Nata de Corn, maupun Nata de Aloe vera dengan proses fermentasi selama 8 hari.

H.      Daftar Pustaka
Mimin Mintarsih dan Dadang Machudin. 2012. Biologi untuk Kelas 3 SMA. _: Sony Sugema Collage.

Data pendidikan. 2012. Cara Membuat Nata de Soya. Di unduh dari  http://datapendidik.blogspot.com/2012/06/cara-membuat-nata-de-soya.html#ixzz2RGeprGm6  Pada tanggal 27 April 2013 Pukul 10:12

Gusti Setiavani. 2009. Fermentasi. Di unduh dari http://guesty.wordpress.com/2009/01/28/fermentasi/  Pada tanggal 27 April 2013 Pukul 10:12

Uliyanthi. 2009. Proses Fermentasi pada Pembuatan Nata. Di unduh dari http://apwardhanu.wordpress.com/2009/07/11/proses-fermentasi-pada-pembuatan-nata/ pada tanggal 27 April 2013 Pukul 10:12
 

Notes Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template