BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar merupakan kegiatan
menyampaikan informasi/ pengetahuan kepada peserta didik mengenai materi yang
dibutuhkan peserta didik sesuai dengan tingkatannya, sehingga
peserta didik yang tadinya belum tahu menjadi tahu, yang tadinya belum paham
menjadi paham. Untuk itu, menjadi seorang guru seyogyanya memiliki keterampilan
mengajar. Keterampilan mengajar yang perlu dikuasai setidaknya ada 8
keterampilan sebagai bekal untuknya mengajar. 8 keterampilan ini merupakan ketrampilan
dasar yang harus dimiliki dan dipahami oleh seorang guru secara utuh, sehingga
dapat mengoptimalkan pembelajaran.
Seorang guru yang tidak menguasai
keterampilan megajar tidak akan dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan
maksimal, karena keterampilan mengajar ini digunakan guru untuk menarik peserta
didik mengikuti kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pelajaran tanpa
merasakan kebosanan yang berarti. Selain itu, dengan keterampilan mengajar yang
miliki oleh guru diharapkan dapat membuat siswa lebih menyukai belajar. Kita
ketahui bahwa, peserta didik apalagi pada tingkatan sekolah dasar lebih
menyukai bermain-main dibanding dengan belajar. Oleh karena itu, dengan
keterampilan mengajar guru dapat melakukan suatu taktik jitu untuk menarik
perhatian peserta didik dari awal sampai akhir pelajaran.
Pembelajaran akan menjadi lebih berwarna dan tidak membosankan jika guru
yang mengajar dapat melakukan berbagai variasi dalam mengajar. Untuk mencari
variasi-variasi terebut seorang guru harus memiliki keterampilan mengajar
sehingga variasi pembelajaran yang ia pilih tepat sesuai dengan tingkatan
peserta didik. Penguasaan keterampilan mengajar sangatlah penting sebagai bekal
menjadi guru yang profesional dalam mengajar. Karena guru yang profesional akan
memberikan pengajaran kepada peserta didiknya secara optimal. Seluruh kemampuan
yang ia miliki akan ia keluarkan, sehingga output yang didapat juga akan
optimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Keterampilan yang guru miliki dapat
terlihat ketika ia mengajar, apakah telah baik atau masih asal-asalan. Seorang
guru yang baik akan memperhatikan hal sekecil apapun sehingga tidak terjadi
suatu kesalahan yang idak diharapkan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan keterampilan
mengajar guru?
2.
Apa saja 8 keterampilan mengajar yang
harus dimiliki guru?
3.
Bagaimana prinsip-prinsip pelaksanaan
keterampilan mengajar?
C. Tujuan
1.
Menjelaskan pengertian keterampilan
mengajar guru.
2.
Menjelaskan 8 keterampilan guru dalam
mengajar.
3.
Menjelskan prinsip-prinsip pelakanaan
keterampilan mengajar.
D. Manfaat
Penulisan
makalah ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai 8
keterampilan guru dalam mengajar, terutama bagi calon pendidik sebagai pengetahuan yang harus dimiliki pada
saat terjun menjadi seorang pendidik.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika uraian
makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan yang meliputi latar
belakang masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan. Kedua berisi
pembahasan. Ketiga penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dilengkapi dengan
daftar pustaka.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ketrampilan Mengajar Guru
Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan
melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan guru
dalam mengajar. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi
pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai
kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan
“kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah
“melatih”. Menurut Muhammad Ali (2008: 12) mengajar adalahsegala upaya yang
disengaja dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya
proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan menurut
William H. Burton ( dalam Muhammad Ali 2008: 12) menyatakan bahwa mengajar
adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus),
bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
Berdasarkan pengertian dari ketrampilan dan mengajar tersebut
maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat
kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman
seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.
B.
Macam-Macam Ketrampilan Guru dalam
Mengajar
Ketrampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang
cukup kompleks., sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh
dan menyeluruh. Menurut Turney ( dalam E. Mulyasa 2009: 69) ada 8 keterampilan
mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu
ketrampilan mengajar, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan,
membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola
kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.setiap keterampilan
tersebut harus dikuasai guru secara utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan
latihan secara sistematis agar tercipta pembelajaran yang kreatif, invatif,
profesional, dan menyenangkan.
Berikut ini uraian
dari 8 ketrampilan guru dalam mengajar menurut berbagai sumber, antara lain:
1.
Keterampilan Membuka dan Munutup
Pelajaran
Membuka dan menutup
pelajaran merupakan dua kegiatan yang wajib dan rutin dilakukan pada saat
pembeajaran belangsung. Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilakukan untuk
mengawali dan mengakhiri pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik. Untuk itu dalam membuka dan menutup pembelajaran perlu dilakukan
secara profesional agar dapat berdampak positif bagi berlangsungnya proses
pembelajaran.
Pengaruh positif dari
kegiatan membuka dan menutup pelajaran menurut Mulyasa (2009: 83), antara lain:
a. Membangkitkan
motivasi belajar peserta didik, agar peserta didik dapat termotivasi dalam
membuka pelajaran hendaknya guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai dengan
pelajaran yang akan disampaikan, dan ketika menutup pelajaran hendaknya guru
bersama pesrta didik merangkum materi yang telah dipelajari.
b. Peserta
didik memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan,
langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas, dan batas waktu
pengumpulan tugas.
c. Peserta
didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai pendekatan yang akan diambil
dalam mempelajari materi pembelajaran dan mencapai tujuan yang dirumuskan.
d. Peserta
didik memahami hubungan antara bahan-bahan atau pengalaman yang telah dimiliki
dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
e. Peserta
didik dapat menghubungkan fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip atau
generalisasi dalam suatu peristiwa embelajaran.
f. Peserta
didik mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan terhadap
bahan yang akan dipelajari. Sedangkan guru, dapat mengetahui tingkat
keberhasilan atau keefektifan kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Membuka
pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menyiapkan mental
anak dalam menerima materi pelajaran yang akan disampaikan sehingga peserta
didik dapat memusatkan diri untuk mengikuti pelajaran . Upaya-upaya yang dapat
dilakukan oleh guru dalam membuka pelajaran menurut Mulyasa (2009:84), anatara
lain:
a. Menghubungkan
materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disampaikan.
b. Menyampaikan
tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari.
c. Menyampaikan
langkah-langkah kegiatan pembelajarandan tugas-tugas yang harus diselesaikan
untuk mrncapai tujuan yang telah dirumuskan.
d. Mendayagunakan
media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi yang disajiakan.
e. Mengajukan
pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran
yang telah lalu maupun untuk menjajagi kemampuan awal berkaitan dengan bahan
yang akan dipelajari.
Komponen-komponen
yang perlu diperhatikan dalam membuka pelajaran antara lain:
a.
Menarik Perhatian Siswa
Pada saat membuka pelajaran keahlian guru dalam menarik
perhatian siswa sangatlah diperlukan. Beberapa hal yang dapat digunakan untuk
menarik siswa, antara lain:
1) Gaya
mengajar guru
Perhatian dapat timbul dari apresiasi
gaya mengajar guru seperti: Memilih posisi yang sesuai ketika mengajar, baik di
depan, di tengah, maupun di belakang. Posisi ini perlu diperhatikan agar
peserta didik tetap terfokus kepada guru. Selain posisi, gaya mengajar guru
dalam memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya
pun diperlukan, misal: kegiatan membaca, bercerita, demonstrasi, dll.
2) Penggunaan
alat bantu mengajar
Penggunaan alat bantu
ketika mengajar disamping dapat menarik perhatian siswa juga dapat mengaitkan
antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari. Contoh alat bantu
mengajar seperti : gambar, model, skema, dll.
3) Pola
interaksi yang baik dan bervariasi
Menggunakan pola yang baik dan bervariasi dapat menarik
perhatian siswa sehingga pembelajaran tidak terlihat monoton dan materi yang
disampaikan mudah dimengerti. Bentuk pola interaksi antara lain: interaksi
antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan interaksi antara siswa dengan
siswa.
b.
Menimbulkan Motivasi
Cara
yang dapat dilakukan guru
untuk menimbulkan motivasi siswa antara lain:
1) Hangat
dan antusias
Ketiga guru mengajar hendaknya
dilakukan dengan ramah, antusias, serta bersahabat. Hal ini dapat mendorong tingkah dan kesenangan
dalam mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa untuk belajar akan timbul.
2) Menimbulkan
rasa ingin tahu
Untuk membangkitkan
rasa ingin tahu dalam diri peserta didik, guru dapat melakukan berbagai
kegiatan, seperti: bercerita, mendemonstrasikan suatu peristiwa, dll. Setelah
melakuka kegiatan tersebut, kemudian
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya suatu hal yang
berkaitan dengan apa yang telah diceritakan atau didemonstrasikan. Sehingga
peserta didik dapat termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan baik.
3) Mengemukakan
ide yang bertentangan
Menimbulkan motivasi
dengan mengemukakan ide yang bertenangan dapat dilakukan dengan melontarkan ide/
pertanyaan yang bertentangan dengan kenyataan
sehari-hari. Contoh: Jika transmigrasi dapat meningkatkan
kemakmuran penduduk, mengapa banyak penduduk di pulau
jawa tidak mau transmigrasi?
4) Memperhatikan
minat siswa
Setiap individu memiliki minat yang berbeda-beda sehingga
sulit bagi guru untuk menyesuaikan satu per satu dari masing-masing minat
peserta didik. Untuk itu, guru dapat menyesuaikan
topik pelajaran dengan minat umum peserta didik yang sesuai dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis
kelamin, umur, lingkungan, adat, budaya sosial ekonomi dan sebagainya.
c.
Memberi Acuan (Structuring)
Memberi acuan (structuring) merupakan suatu usaha untuk mengemukakan secara
spesifik dan singkat serangkai alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh
gambaran yang jelas hal-hal yang harus dipelajari.
Cara yang dapat dilakukan, antara lain:
1) Mengemukakan tujuan dan batas tugas
Contoh : Guru menyampaikan bahwa hari ini kita belajar mengarang cerita
perhatikan tiga buah gambar berikut lalu berdasarkan gambar itu tulis suatu
cerita yang panjangnya lebih kurang 100 kata.
2) Menyarankan
langkah-langkah yang dilakukan
Tujuan dari kegiatan ini agar
dalam pelajaran peserta didik akan terarah usahanya dalam
mempelajari materi dan tugas jika guru memberi saran dan langkah-langkah
kegiatan yang dilakukan.
Contoh : Guru menyampaikan tugas peserta didik adalah membuktikan pada temperature
berapa derajat celcius air mendidih langkah yang harus
peserta didik kerjakan adalah :
a) Mengukur temperature yang belum
dipanasi
b)
Lalu
nyalakan lampu spirtus ini dan panaskan air dalam gelas ini
c)
Jika
air sudah mendidih catatlah berapa suhunya sesuai dengan yang kelihatan pada temperatur.
3) Mengingatkan
masalah pokok yang dibahas
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengingatkan
masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya dengan
mengingatkan siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dari sifat suatu konsep, tanda, media, hewan dan
lain-lain. Selain
itu tunjukan juga hal negatif yang hilang atau kurang lengkap.
Contoh: Periksalah bahan-bahan ini dan tentukan
mengapa beberapa batu dapat digolongkan dalam jenis batu yang mengandung biji
besi dan yang lain tidak.
4) Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan diajukan sebelum memulai
penjelasan akan mengarahkan siswa dalam mengantisipasi isi pelajaran yang akan
dipelajari.
d.
Membuat Kaitan
Jika guru akan
menjelaskan materi baru,
guru perlu menghubungkan
dengan hal yang telah dibuat siswa, pengalaman ataupun minat dan kebutuhanya untuk mempermudah
pemahaman hal-hal yang telah dikenal, pengalaman, minat dan kebutuhan inilah
yang disebut dengan pengait. Kegiatan yang dapat dilakukan guru
untuk mengaitkan antara lain:
1) Pada
permulaan pelajaran guru meninjau
kembali sejauh mana materi sebelumnya telah dipahami dengan mengajukan
pertanyaan atau merupakan inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
Guru dapat membuat kaitan antara aspek yang relevan.
2) Membandingkan atau mempertentangkan
dengan pengetahuan baru, hal ini dilakukan jika pengetahuan baru erat kaitanya
dengan pengetahuan lama.
3) Menjelaskan
konsep atau pengertian lebih dahulu sebelum
mengerjakan bahan secara terperinci.
Selain membuka pelajaran, untuk mengetahui pencapaian tujuan
dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari sserta
mengakhiri kegiatan, sehingga peserta didik memiliki gambaran menyeluruh
mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. Guru dapat melakukan kegiatan
menutup pelajaran dengan beberapa kegiatan, antara lain:
a. Menarik
kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari yang dapat dilakukan oleh
siswa bersama-sama dengan guru.
b. Mengajukan
beberapa pertanyaan mengenai materi yang sebelumnya dipelajari untuk mengukur
tingkat pemahaman peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
c. Menyampaikan
bahan-bahan pendalaman materi yang berkaitan dengan materi yang telah
dipelajari sebelumnya dan memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta
didik sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari
d. Memberikan
post test baik secara lisan, tulisan maupun perbuatan.
Agar kegiatan menutup pelajaran dapat dilakukan secara
efektif dan berhasil guru perlu memperhatiakan beberapa komponen dalam menutup
pelajaran, antara lain:
a.
Meninjau
kembali
Akhir
kegiatan guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan sudah
dipahami oleh siswa, kegiatan ini dapat dilakukan
dengan cara:
1) Merangkum
inti pelajaran
2) Membuat
ringkasan dari materi yang telah dipelajari.
b.
Mengevaluasi
hasil belajar peserta didik
Salah
satu upaya untuk mengetahui apakah siswa sudah mendapatkan pemahaman yang utuh
terhadap konsep yang dijelaskan adalah dengan evaluasi.
Bentuk-Bentuk Evaluasi
yang dapat dilakukan oleh guru Meliputi:
1) Mendemonstrasikan
Contoh: Ketrampilan
setelah selesai mengarang gerakan
pada tari kreasi, siswa mendemostrasikan hasil karangannya di depan kelas.
2) Mengaplikasikan ide baru pada situasi
lain
Contoh: Setelah guru
menyampaikan materi mengenai tehnik-tehnik membuat karangan, siswa membuat
karangan sesuai dengan tehnik-tehnik yang telah dipelajari.
3) Mengekpresikan pendapat siswa sendiri
Guru
dapat meminta komentar atau pendapatnya masing-masing tentang sesuatu hal yang
telah dilakukan sebelumnya dalam pembelajaran
4) Soal-soal tertulis
Guru dapat memberikan
soal-soal tertulis dalam bentuk uraian, tes
objektif, atau melengkapi
lembar kerja.
2.
Ketrampilan Menjelaskan (Explaning Skill)
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “menjelaskan” berarti
menerangkan; menguraikan secara terang. Sedangkan menurut Mulyasa (2008: 80) menjelaskan
adalah mendeskripsikan secara lisan tentang suatu benda, keadaan, fakta, dan
data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menurut M. Ruslan (dalam
http://www.artikelbagus.com)
ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu
dengan yang lainnya.
Dari
pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menjelaskan
merupakan penyajian informasi secara lisan dengan mendeskripsikannya yang
diorganisasikan dengan sistematik tentang suatu benda, keadaan, fakta, dan data
sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku untuk menunjukkan adanya
hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Menjelaskan
merupakan suatu aspek penting yang harus dimiiki guru, karena seorang guru
dituntut untuk mampu memberikan penjelasan kepada peserta didiknya. Mulyasa
(2008: 80) menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam memberikan suatu penjelasan, antara lain:
a. Penjelasan
dapat diberikan selama pembelajaran.
b. Penjelasan
harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan
kompetensi dasar.
c. Penjelasan
dapat diberikan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan peserta didik atau
menjelaskan materi standar yang sudah direncanakanuntuk membentuk kompetensi
dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
d. Materi
yang dijelaskan harus sesuai dengan kmpetensi dasar dan bermakna bagi peserta
didik.
e. Penjelasan
yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta
didik.
Alasan seorang guru
perlu memiliki keterampilan menjelaskan dalam mengajar antara lain:
a.
Meningkatkan keefektifan dalam pembicaraan agar
benar-benar menjadikan penjelasan yang bermakna bagi siswa karena pada umumnya
pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh siswa.
b.
Kadangkala penjelasan yang diberikan oleh guru tidak
jelas bagi murid, tetapi hanya jelas bagi guru itu sendiri. Mungkin
disebabkan karena gaya bahasa yang
digunakan guru belum dapat dicerna atau dinalar oleh siswa atau tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan pemikiran mereka. Hal ini tercermin dalam ucapan guru, “Penerangan
Ibu sudah jelas, bukan?”. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam mengenal atau
menganalisis tingkat pemahaman siswa sangat dibutuhkan dan sangat penting dalam
proses memberikan penjelasan.
c.
Tidak semua siswa dapat menggali atau memahami sendiri
pengetahuan dari buku atau sumber lainnya. Oleh karena itu, guru perlu membantu
menjelaskan hal-hal tersebut.
d.
Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan
oleh siswa dalam memahami pelajaran. Guru perlu membantu siswa dengan cara
memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang
diberikan.
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan ketika
menjelaskan dalam pembelajaran yaitu komponen merencanakan dan
komponenpenyajian suatu penjelasan.
a.
Merencanakan
Guru perlu
merencanakan dengan baik apa yang akan disampaikan sebagai penjelasan kepada
peseta didik. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam merencanakannya, yaitu:
1) Berhubungan dengan isi pesan yang akan disampaikan, anatar lain:
a) Menganalisis masalah secara keseluruhan.
b) Menentukan jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur
yang dikaitkan.
c) Menggunakan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai
dengan hubungan yang telah ditentukan.
2) Berhubungan
dengan penerima pesan, antara lain:
a) Kepada siapa penjelasan disajikan.
b) Kesiapan siswa mendengar.
c) Usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosbud,
lingkungan belajar.
b. Penyajian suatu penjelasan
1)
Kejelasan :
a) Tata
bahasa yang baik, bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar, tidak
terlalu pelan dan tidak terlalu keras tapi dapat didengar oleh seluruh peserta
didik yang ada di kelas.
b) Menggunakan
bahasa yang komunikatif, sehingga udah dimengerti oleh peserta didik.
c) Menghindari kalimat yang tidak lengkap. Hindari istilah tidak jelas/meraguka,
misal “yang semacam itu”, “kira-kira
sekian”.
d) Bila
ada istilah baru yang kiranya belum diketahui siswa, guru perlu memberikan
definisi yang tepat.
e) Guru
tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit untuk mengatasi keterbatasan
perbendaharaan kata-kata dan ungkapan yang dimiliki siswa.
2)
Penggunaan
contoh dan illustrasi
Ketika memberikan
penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan
sesuatu yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat dua pola
dalam penggunaan contoh dan ilustrasi, yaitu:
a) Pola induktif, pada pola ini guru memberikan contoh terlebih dulu kemudian
disimpulkan dalil atau teorinya.
b) Pola deduktif, pada pola ini guru menjelaskan dalil atau teori terlebih dulu
kemudian memberi contoh untuk memperdalam penjelasan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan contoh dan ilustrasi, antara lain:
a) Guru
memberikan contoh yang cukup untuk menanamkan pengertian dalam penjelasannya.
b) Guru
menggunakan contoh yang relevan dengan sifat dari penjelasan itu.
c) Contoh
yang diberikan guru sesuai usia, pengetahuan, dan latar belakang peserta didik.
3)
Pengorganisasian
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengorganisasian antara lain: guru harus menunjukkan dengan
jelas pola atau struktur sajian, khususnya hubungan antara contoh-contoh dan
generalisasi (hukum, rumus, dll) serta guru memberikan ikhtisar butir-butir
yang penting, baik selama pelajaran maupun pada akhir pelajaran, dan bila perlu
memberikan penjabaran tambahan.
4)
Penekanan
Ketika memberikan
penjelasan, guru harus memusatkan
perhatian siswa kepada masalah-masalah pokok dan mengurangi informasi yang
tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat
lisan seperti “yang terpenting adalah” atau “perhatikan dengan baik anak-anak,
yang ini agak sukar”. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemberian tekanan
yaitu:
a) Guru
mengadakan variasi suara dalam memberikan penekanan pada hal-hal penting dalam
penjelasan.
b) Butir-butir
pentig dalam penjelasan diberi tekanan dengan cara mengulanginya, mengatakannya
dalam kalimat lain, atau menyebutkan satu demi satu.
c) Penekanan
yang berbeda diberikan pola dengan mimik, isyarat, ataupun dengan gerakan
selama pelajaran berlangsung.
d) Pemberian
tekanan juga diberikan dengan menggunakan gambar, demonstrasi, atau benda
lainnya.
5) Penggunaan balikan
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
pemahaman ataupun keraguannya (ketidakmengertiannya) sewaktu penjelasan
berlangsung. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya jawab.
Selain itu, Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman, minat,
atau sikap siswa tentang relevansi atau kegunaan penjelasan, seperti : “apakah
anak-anak mengerti dengan penjelasan Ibu tadi?” dan sebagainya. Kemudian,
guru menggunakan balikan itu untuk menyebutkan ketepatan atau mengubah maksud
penjelasan.
Macam-macam
Teknik Menjelaskan yang dapat digunakan oleh guru dalam mengajar, antara lain:
a. Bertanya
Guru biasanya memulai pelajaran
dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan ini sesuai dengan bahan atau materi
yang akan disampaikan kepada siswa.
Kadangkala pertanyaan juga dipandang sebagai pertanyaan dengan maksud agar
perhatian siswa terpusat pada bahan pelajaran yang akan disampaikan, dan
biasanya siswa jika dihadapkan dengan suatu pertanyaan mereka akan takut jika
tidak bisa menjawabnya. Oleh karena itu,
mereka akan selalu mengulangi bahan yang telah disampaikan untuk mempersiapkan
diri jika suatu saat guru menanyakannya dalam kelas (saat berlangsungnya jam
pelajaran).
b. Penjelasan
Tidak sepenuhnya pertanyaan dari guru
dapat terjawab oleh siswa. Dengan berbagai teknik bertanya secara tidak
langsung berarti siswa dapat memiliki sebagian bahan pelajaran yang akan
diberikan oleh guru di kelas. Sehingga guru harus menjelaskan dengan memberikan
keterangan secukupnya terhadap sebagian lain pelajaran yang direncanakan.
Contoh : "Di pegunungan, banyak sekali pepohonan, penduduknya
sedikit dan udaranya segar,
sedangkan di Jakarta pepohonan sedikit, penduduknya banyak dan udaranya kotor karena mobil-mobil dan mesin pabrik
mengeluarkan udara kotornya. Sehingga udara terasa semakin panas dan kita
menghirup udara kotor yang bisa menyesakkan pernapasan”.
c. Memberikan contoh
Pemahaman siswa terhadap konsep baru dapat
ditingkatkan melalui pemberian contoh yang jelas dan nyata, yang dapat diambil
dari kehidupan sehari-hari, yang mudah dicerna atau dipahami oleh siswa
tersebut. Pemberian contoh yang dikaitkan dengan proses pengambilan kesimpulan
dan dari pengambilan kesimpulan dikembangkan dengan contoh yang lebih dalam
akan memberikan penjelasan yang efektif dan efisien. Sehingga memudahkan siswa dalam
merangkaikan pikirannya untuk mencapai pemahaman yang mendalam.
Contoh :
“Semua
benda-benda yang terbuat dari besi dapat ditarik oleh magnet. Paku, peniti dan anak kunci terbuat dari
besi. Jadi, benda tersebut dapat ditarik oleh magnet. (Cara induktif)
“Kertas lipat,
sedotan plastik, dan pensil warna tidak dapat ditarik oleh magnet. Benda-benda
tersebut bukan terbuat dari besi. Jadi, benda-benda yang tidak terbuat dari besi tidak dapat ditarik oleh
magnet. (Cara deduktif).
3. Keterampilan Bertanya (Questioning Skill) Dasar dan Lanjutan
Bertanya
merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses konmuikasi termasuk dalam
pembelajaran yang berbentuk suatu penyampaian atau mengungkapkan pertanyaan
sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon) dari siswa
terhadap apa yang ditanyakan. Bertanya dapat meningkatkan aktivitas belajar
seperti meningkatkan aktivitas belajar ikut serta berpartisipasi dalam
pembelajaran, meningkatkan kemampuan berpikir, membangkitkan rasa ingin tahu,
memastikan perhatian siswa, dll.
Adanya
rangsangan yang diberikan oleh guru yang berupa pertanyaan dapat meningkatkan
partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, memusatkan perhatian
peserta didik terhadap masalah yang sedang dibahas, mengembangkan pola berpikir
peserta didik, menggali informasi, mengecek pemahaman peserta didik, membangkitkan
minat peserta didik terhadap materi yang sedang dibahas, serta dapat menuntun
proses berpikir peserta didik karena pertanyaan yang efektif yang diajukan guru
akan menuntun peserta didik menuju jawaban yang benar. Untuk itu guru perlu
mengetahui kriteria pertanyaan yang baik, yaitu:
b.
Pertanyaan tersebut hendaknya jelas, singkat dan mudah
dimengerti oleh siswa;
c.
Pertanyaan tersebut terfokus pada suatu masalah
tertentu;
d. Pertanyaan
tersebut memberikan informasi yang cukup tentang apa yang ditanyakan.
Keterampilan
bertanya dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan bertanya dasar dan lanjutan.
Komponen-komponen dari keterampilan bertanya dasar antara lain:
a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas
dan singkat
Ketika
memberikan pertanyaan kepada peserta didik hendaknya dilakukan oleh guru dengan
menggunakan kalimat yang jelas dan singkat. Keefektifan dalam menyusun kalimat
pertanyaan dapat mempermudah peserta didik untuk memahami/ mengerti inti dari
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, pemilihan kata yang sederhana
juga dapat mempermudah peserta didik dalam memahaminya.
b. Pemberian acuan
Ketika bertanya guru
harus memiliki acuan, acuan ini mencakup materi apa saja yang telah
disampaikan. Pertanyaan yang disampaikan tidak perlu meluas-luas ke hal-hal
yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran.
c. Pemusatan
Pemusatan dalam
pemberian pertanyaan perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman secara khusus
terhadap suatu materi tertentu sehingga peserta didik dapat memahami materi
tersebut dengan baik.
d. Pemindahan giliran
Setiap
pertanyaan diperlukan suatu jawaban. Jawaban yang diperoleh dari peserta didik
hendaknya bergiliran, tidak satu individu menawab banyak pertanyaan, hal ini
akan menimbulkan perasaan iri dari individu lain, sehingga perlu diadalakan
giliran dalam menjawab pertanyaan.
e. Penyebaran
Setelah pertanyaan yang diajukan
kepada peserta didik, hendaknya guru
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk menjawabnya. Karenanya,
pertanyaan tersebut disebarkan kepada semua peserta didik secara merata. Jangan
menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum peserta didik memperoleh
kesempatan untuk menjawabnya, karena hal ini akan membuat peserta didik
frustrasi dan mungkin tidak akan mengikuti pelajaran dengan baik.
Penyebaran dapat
dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada seluruh peserta didik dalam
kelas, pertanyaan kepada siswa tertentu, ataupun menyebarkan respon siswa.
f. Pemberian waktu berpikir
Pada saat mengajukan pertanyaan
kepada peserta didik hendaknya guru memberikan waktu yang cukup untuk berpikir
sebelum menj awab pertanyaan dan memberikan tuntunan kepada mereka, dengan
demikian peserta didik mampu menemukan sendiri jawaban yang benar. Hal ini
penting dilakukan karena setiap peserta didik mempunyai latar belakang dan
kemampuan yang berbeda. Pemberikan kesempatan kepada peserta didik berpikir
akan melatih peserta didik mengaktifkan otaknya untuk berfikir mencari solusi
atas pertanyaan yang sebelumnya telah diajukan.
g. Pemberian tuntunan
Pemberian tuntunan dapat dilakukan denga cara
pengungkapan pertanyaan dengan cara lain, mengajuan pertanyaan lain yang lebih
sederhana, ataupun dengan mengulangi penjelasan-penjelasan sebelumnya.
Sedangkan komponen-komponen keterampilan bertanya lanjutan
menurut Moch. Uzer Usman (dalam
http://panduanguru.com/keterampilan-bertanya-questioning-skills/) menyebutkan
beberapa komponen meliputi:
a. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif
dalam menjawab pertanyaan
Pertanyaan yang dikemukakan oleh guru
dapat mengandung proses mental yang berbeda-beda, dari proses mental yang
rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan
pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab
pertanyaan dari tingkat mengingat kembali fakta-fakta ke berbagai tingkat
kognitif lainnya yang lebih tinggi seperti ingatan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintetis, dan evaluasi.
b.
Urutan
pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif
dari yang sifatnya rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks, guru hendaknya
dapat mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa dari tingkat
mengingat, kemudian pertanyaan pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Usahakan agar jangan memberikan pertanyaan yang tidak menentu atau
yang bolak-balik sehingga tidak membingungkan pola berfikir peserta didik.
Misalnya sudah sampai kepada pertanyaan analisis, kembali lagi kepada
pertanyaan ingatan, kemudian melonjak kepada pertanyaan evaluasi. Hal ini akan
menimbulkan kebingungan pada peserta didik dan partisipasi peserta didik dalam
mengikuti pelajaran dapat menurun.
c. Pertanyaan pelacak
Jika jawaban yang diberikan oleh
siswa dinilai benar oleh guru, tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih
sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada siswa
tersebut. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk pertanyaan pelacak, antara
lain:
1)
Klasifikasi, jika siswa menjawab dengan kalimat yang
kurang tepat, guru dapat memberikan pertanyaan pelacak yang meminta siswa
tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata lain sehingga jawaban siswa menjadi
lebih baik.
2)
Meminta siswa memberikan alasan (argumentasi) yang
dapat menunjang kebenaran pandangannya dalam menjawab pertanyaan guru.
3)
Meminta kesempatan pandangan, guru dapat memberikan
kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan atau penolakan
disertai alasan terhadap jawaban rekannya agar diperoleh pandangan yang dapat
diterima oleh semua pihak.
4)
Meminta kesempatan jawaban, guru dapat meminta siswa
untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap kurang tepat.
5)
Meminta jawaban yang lebih relevan bila jawaban siswa
kurang relevan, guru dapat meminta jawaban yang benar dan relevan dari sis wa
tersebut.
6)
Meminta contoh bila siswa menjawab dengan samar-samar,
guru dapat meminta siswa untuk memberikan ilustrasi atau contoh kongkrit
tentang apa yang dikemukakannya.
7)
Meminta jawaban yang lebih kompoleks, guru dapat
meminta siswa tersebut untuk memberi penjelasan atau ide-ide penting lainnya sehingga
jawaban yang diberikannya menjadi lebih kompleks.
e.
Mendorong
terjadinya interaksi antara peserta didik
Mendorong
terjadinya interaksi antar peserta didik dapat dilakukan dengan mencegah
pertanyaan yang dijawab hanya oleh seorang peserta didik saja, selain itu guru
juga tidak segera menjawab pertanyaan peserta didik, biarkan peserta didik lain
untuk berfikir jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan dari temannya,
selang beberapa waktu barulah guru mengkonfirmasi jawaban yang tepat bersama-sama
dengan siswa.
Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan guru menurut Moch. Uzer Usman (dalam
panduanguru.com/keterampilan-bertanya-questioning-skills/) terbagi ke dalam dua
jenis, meliputi:
a.
Jenis pertanyaan menurut maksudnya
1)
Pertanyaan permintaan (compliance question), yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa
mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
Contoh: “Dapatkah kamu tenang agar
suara Budi dapat didengar oleh kalian semua?”
2)
Pertanyaan retoris (rhetorical question), yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. Hal ini merupakan teknik penyampaian
informasi kepada murid.
Contoh: “Mengapa observasi diperlukan
sebelum melaksanakan PPL? Sebab observasi merupakan … ” dan seterusnya.
3)
Pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question), yakni pertanyaan
yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Hal ini
dilakukan apabila guru menghendaki agar siswa memperhatikan dengan seksama
bagian tertentu atau pokok inti pelajaran yang dianggap penting. Dari segi yang
lain, apabila siswa tidak dapat menjawab atau salah dalam menjawab, guru
mengajukan pertanyaan lanjutan yang akan mengarahkan atau menuntun proses
berpikir siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan jawaban bagi
pertanyaan pertama tadi.
4)
Pertanyaan menggali (probing question), yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong
murid untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan yang pertama. Dengan
pertanyaan menggali ini siswa didorong untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas jawaban yang diberikan pada pertanyaan sebelumnya.
b.
Jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom.
1)
Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question), yakni pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang bersifat hafalan atau ingatan dengan menggunakan
kata-kata apa, di mana, kapan, siapa, dan sebutkan. Contoh: “Sebutkan ciri-ciri
makhluk hidup!”
2)
Pertanyaan pemahaman (comprehension question), yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban
yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri. Biasanya menggunakan
kata-kata jelaskan, uraikan, dan bandingkan. Contoh: “Jelaskan manfaat berolah
raga!”
3)
Pertanyaan penerapan (aplication question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban
untuk menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterimanya.
Contoh: “Berdasarkan kriteria
tertentu, cobalah Anda rumuskan sebuah TIK!”
4)
Pertanyaan analisis (analysis question), yaitu
pertanyaan yang menuntut jawaban dengan cara mengidentifikasi, mencari
bukti-bukti, dan menarik kesimpulan.
Contoh: “Berdasarkan proses
tersebut, kesimpulan apa yang dapat Anda berikan?”
5)
Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang
benar, tidak tunggal, tetapi lebih dari satu dan menuntut murid untuk membuat
ramalan (prediksi), memecahkan masalah, mencari komunikasi.
Contoh: “Apa yang terjadi bila musim
kemarau tiba?” ; “Apa yang Anda lakukan bila seorang siswa Anda tidak mau memperhatikan
pelajaran?”
6)
Pertanyaan evaluatif (evaluation question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban
dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu yang
ditampilkan.
Contoh: “Bagaimana pendapat Anda
tentang program transmigrasi?”
“Apa komentar Anda tentang keluarga berencana?”
4.
Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)
Penguatan
adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya tingkah laku tersebut. Tujuan dari keterampilan memberi penguatan adalah
untuk:
b)
Meningkatkan perhatian siswa pada
pelajaran.
c)
Merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar siswa.
d)
Memudahkan siswa untuk belajar.
e)
Mengarahkan kepada cara berfikir yang
baik/divergen dan inidiatif pribadi.
f)
Meningkatkan kegiatan belajar dan membina
tingkah laku siswa yang produktif.
Ada
dua Komponen dalam keterampilan penguatan, yaitu komponen verbal dan
non-verbal.
a.
Pengutan
verbal
Penguatan
verbal biasanya diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan,
dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar dapat membangkitkan motivasi serta
semangat peserta didik. Peserta didik akan merasa senang jika mendapat pujian.
Misal, menggunakan kata benar, bagus, bagus sekali, tepat, betul, dll. Dapat
pula diutarakan dengan sebuah kaliamat, seperti: pekerjaanmu baik sekali, saya
senang dengan pekerjaanmu, pekerjaanmu semakin baik dari hari ke hari, dll.
b.
Penguatan
non-verbal
Penguatan
non-verbal merupakan penguatan yang dilakukan dengan menggunakan isyarat,
seperti:
1)
Penguatan berupa gerakan dan mimik
badan, misalnya: acungan jempol, senyuman, kerut kening, wajah cerah, dan
lain-lain.
2)
Penguatan dengan cara mendekati, misal:
guru duduk mendekati siswa, guru berdiri dekat siswa, berjalan disisi siswa,
dan lain-lain.
3)
Penguatan dengan sentuhan, misalnya:
menepu-tepuk pudak siswa dengan pelan.
4)
Penguatan dengan kegiatan yang
menyenagkan, misal: siswa dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia
dapat diminta untuk membantu teman lainnya.
5)
Penguatan berupa symbol dan benda,
misal: siswa yang mendapatkan nilai tertinggi di kelas diberi hadiah buku atau
lainnya.
6)
Penguatan penuh, diberikan ketika siswa
menjawab sempurna seperti apa yang diharapkan. Misal: jawabanmu benar sekali,
pertahankan!, jaabanmu sempurna!, dll.
7)
Penguatan tidak penuh, diberikan
apabila siswa memberi jawaban sebagian benar. Dalam hal ini guru tidak boleh
langsung menyalahkan, tetapi sebaiknya member penguatan tidak penuh, misalnya:
“ya, jawabanmu sudah benar, tetapi masih bisa disempurnakan lagi”dengan demikian
siswa tau dimana letak ketidak sempurnaan tersebut dan bisa menyempurnakannya.
Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan
penguatan harus memperhatikan hal-hal berikut: kehangatan dan antusias,
kebermaknaan, menghindari respon yang negatif. Sedangkan cara penggunaannya
dapat dilakukan dengan cara memberi penguatan kepada pribadi tertentu,
penguatan kepada kelompok siswa, pemberian penguatan dengan segera, variasi
dalam penggunaan sehingga tidak monoton dan tidak membosankan bagi peserta
didik.
5.
Keterampilan Mengadakan Variasi Mengajar
(Stimulus Variation)
Variasi
stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga dalam
situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh
partisipasi. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada
tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang
dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran
berlangsung. Tujuan guru mengadakan variasi mengajar adalah untuk:
a.
Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada
aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.
b. Memberikan
kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa
tentang hal-hal yang baru.
c. Memupuk tingkah
laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang
lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
d. Memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang
disenanginya.
Prinsip penggunaan keterampilan mengadakan
variasi mengajar yang tidak boleh terlupakan, antara lain:
a. Variasi
hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai.
b. Variasi harus
digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak
perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
c. Direncanakan
secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau
satuan pelajaran.
Komponen-komponen dalam pengadaan variasi mengajar dibagi menjadi tiga,
sebagai berikut:
a.
Variasi dalam
gaya mengajar guru
Variasi dalam gaya mengajar guru,
meliputi:
1)
Penggunaan variasi suara (teacher
voice), dalam hal ini guru memberikan variasi dalam nada suara, volume
suara, serta kecepatan suara, sehingga enak didengar oleh peserta didik.
2)
Pemusatan perhatian siswa (focusing),
guru memberikan tekanan pada butir-butir yang penting dari penyajiannya dengan
menggunakan bahasa lisan. Misalkan: dengarkan baik-baik, perhatikan ini, dll.
3)
Kesenyapan guru (teacher silence),
guru dengan sengaja memberikan waktu senya dan hening dalam pembicaraannya.
4)
Mengadakan kontak pandang (eye
contact), guru melayangkan pandangannya dan melakukan kontak pandang
dengan peserta didik.
5)
Gerakan dan mimik badan, guru
mengadakan perubahan gerak dan mimik untuk memperjelas penyajiannya dan agar
selalu terlihat bersemangat dalam mengajar variasi gerak dan mimik ini pelu
dilakukan.
6) Pergantian
posisi guru dalam kelas (teachers movement), guru bergerak berpindah
posisi di dalam kelas untuk maksud yang berbeda-beda.
b.
Variasi
penggunaan media dan alat bantu mengajar
Media dan alat
pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam
tiga bagian, yakni:
1)
Variasi visual, guru menggunakan alat
bantu yang dapat dilihat, seperti: menulis di depan papan tulis, menunjukkan
gambar atau benda, dll.
2)
Variasi aural, yaitu variasi yang
didengar. Guru menggunakan berbagai suara langsung atau rekaman dalam
pengajarannya.
3)
Variasi alat bantu yang dapat dipegang
dan dimanipulasi, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik memegang atau
memanipulasi benda-benda atau alat bantu pengajaran.
c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi guru dengan murid dalam
kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan
yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Tujuan
penggunaan variasi pola interaksi dan kegiatan siswa agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan. Adapun
jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:
1)
Pola guru-murid, yakni komunikasi
sebagai aksi (satu arah).
2)
Pola guru-murid-guru, yakni ada balikan
(feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi
sebagai interaksi).
3)
Pola guru-murid-murid, yakni ada
balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain.
4)
Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid.
Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid
(komunikasi sebagai transaksi, multi arah).
5)
Pola melingkar, dimana setiap siswa
mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan
berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.
6.
Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok
Kecil
Diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan
berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan
masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan peserta didik
menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang
memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap
positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa,
serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan
berbahasa.
Diskusi kelompok kecil bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir dan berkomunikasi, meningkatkan sikap disiplin siswa, serta
meningkatkan pemahaman. Memimpin diskusi kelompok kecil dilakukan dengan
memperhatikan beberapa komponen, meliputi:
a.
Memusatkan
perhatian peserta didik pada tujuan dan topic diskusi
Selama
diskusi berlangsung dari awal sampai akhir guru harus selalu berusaha
memusatkan perhatian siswa pada tujuan atau topik diskusi. Guru harus menjaga
agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan diskusi tidak
terarah atau tujuan diskusi tidak tercapai. Tidak tercapainya tujuan dapat
disebabkan oleh penyimpangan topik atau terjadinya pembicaraan yang
bertele-tele. Untuk menghindari hal tersebut, kegiatan yang perlu dilakukan
dalam memusatkan perhatian peserta didik yaitu:
1) Merumuskan
tujuan diskusi
Merumuskan
tujuan diskusi perlu dilakukan diawal diskusi serta mengenalkan masalah dalam
bentuk pernyataan atau pertanyaan yang menggugah rasa ingin tahu. Pertanyaan
yang dimaksud hendaknya tidak terlampau luas, jelas, serta memungkinkan adanya
alternative jawaban.
2) Merumuskan
kembali masalah yang akan didiskusikan
Setelah
mengenalkan masalah-masalah yang akan didiskusikan guru bersama peserta didik
kembali merumuskan masalah yang akan didiskusikan secra khusus. Sehingga bahan
diskusi terpusat pada satu masalah saja.
3) Menandai
hal-hal yang tidak relevan
Menandai
dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan dari tujuan diskusi atau masalah yang sedang dibahas. Apabila
terjadi, guru segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didahului dengan
komentar yang memaksa dan mengarahkan siswa sehingga diskusi kembali kearah
yang diinginkan. Guru hendaknya berhati hati menunjuk dan menghentikan
penyimpangan tersebut agar jangan sampai menyinggung perasaan siswa. Kontrol
yang terlampau ketat dapat mematikan partisipasi.
4) Membuat
rangkuman bertahap
Merangkum
hasil pembicaraan pada tahap tertentu, sebelum melanjutkan dengan masalah
berikutnya. Hal ini penting dilakukan
agar kelompok menyadari hasil yang telah dicapai, target yang belum
tercapai, serta apa yang dibicarakan berikutnya. Rangkuman dibuat dengan
memanfaatkan gagasan siswa, misalnya:
a) Mengakui
gagasan siswa dengan jalan mengulang bagian penting yang diucapkan.
b) Memodifikasi
gagasan siswa dengan cara menguraikan kembali.
c) Menggunakan
gagasan siswa untuk mencapai kesimpulan atau menuju langkah berikutnya
d) Membandingkan
gagasan siswa dengan yang diucapkan sebelumnya.
e) Menerangkan
yang telah diuraikan siswa baik secara perorangan maupun kelompok.
b.
Memperjelas
masalah atau urunan pendapat
Kegiatan
yang dilakukan untuk memperluas masalah antara lain dapat dilakukan dengan
mempraphrase, merangkum, menggali, serta menguraikan secara detail.
c.
Menganalisis
pandangan siswa
Ketika
diskusi sering terjadi perbedaan pendapat anggota kelompok. Agar perbedaan
pendapat ini dapat membimbing kelompok untuk berpartisipasi secara konstruktif
dan kreatif, guru diharapkan mampu menganalisa alasan perbedaan pendapat
tersebut. Misalnya dapat dilakukan dengan cara:
1)
Meneliti apakah alasan yang dikemukakan memang
mempunyai dasar yang kuat.
2)
Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak
disepakati.
Seorang
guru harus terampil dalam menganalisis pandangan yang diberikan siswa ketika
bertatap muka dengan guru. Hal yang perlu dilakukan untuk menganalisis
pandangan pesrta didik yakni menandai persetujuan dan ketidak setujuan siswa
serta meneliti alasannya. Sehingga guru dapat memahami apa yang diinginkan
peserta didiknya.
d.
Meningkatkan
urunan pendapat peserta didik
Urunan
pendapat peserta didik sangat berguna untuk mengaktifkan kerja otak peserta
didik. Hal-hal yang perl dilakukan guru antara lain: menimbulkan pertanyaan,
menggunakan contoh, menggunakan hal-hal yang sedang hangat dibicarakan,
menunggu siswa menyampaikan pendapatnya, memberi dukungan kepada siswa agar
tidak takut atau malu dalam menyampaikan pendapatnya.
e.
Menyebarkan kesempatan
berpartisipasi
Guru
harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut berpartisipasi
dalam diskusi, hal-hal yang perlu dilakukan yakni: meneliti pandangan, mencegah
pembicaraan yang berlebihan, serta menghentikan (melarang) monopoli, sehingga
tidak ada individu yang menguasai kelompok diskusi sepenuhnya, tiap siswa
diberi kesempatan yang sama.
f.
Menutup
diskusi
Setelah
selesai melakukan diskusi, guru bersama siswa perlu menutup jalannya diskusi,
agar pembelajaran dapat berakhir dengan baik.
Penutupan
diskusi dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti:
1)
Merangkum hasil diskusi
2)
Memberi gambaran yang akan datang
3)
Menilai baik proses maupun hasil dari
diskusi yang telah dilakukan.
Diskusi
kelompok kecil mempunyai kelebihan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal,
apabila diskusi berjalan seperti tujuan yang diharapkan sebelumnya. Kelebihan tersebut
antara lain:
a. Kelompok
memiliki sumber yang lebih kaya dari paa yang dimiliki individu karena ini
dapat menghasilkan keputusan yang lebih baik.
b. Anggota
kelompok termotivasi oleh kehadiran anggota kelompok lain
c. Anggota kelompok yang pemalu bebas mengemukakan
pikirannya dalam kelompok kecil daripada dalam kelompok besar.
d. Anggota kelompok merasa lebih terikat dalam
melaksanakan keputusan kelompok, karena terlibat dalam proses pengambilan
keputusan.
e. Diskusi kelompok dapat meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun terhadap or ang lain dengan demikian dapat meningkatkan kemampuan individu untuk berinter aksi.
Disamping itu, terdapat pula kelemahan dari diskusi
kelompok kecil yang dapat menimbulkan kegagalan, dalam arti tidak tercapainya tujuan yang diinginkan. Sedangkan
kelemahan-kelemahan diskusi kelompok kecil, antara lain:
a.
Dapat memboroskan waktu, terutama bila tejadi hal hal negative seperti pengarahanyang kura ng tepat, pembicaraan yang berlarut larut, penyimpangan yang tidak ditegur, atau penampilan yang kurang baik.
b.
Anggota-anggota yang kurang agresif
(pendiam, pemalu, dan sebagainya) sering tidak mendapat kesempatan untuk
mengemukakan ide-idenya sehingga menyebabkan terjadinya frustasi dan penarikan
diri.
c.
Adakalanya diskusi banyak didominasi oleh orang-orang tertentu saja.
Hal-hal yang perlu dihindari ketika
melakukan/menerapkan keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil, antara lain:
a)
Diskusi dengan topik yang tidak sesuai
dengan minat peserta didik.
b)
Mendominasi/ memonopoli diskusi,
sehingga mengakibatkan sebagian anggota tidak bekerja.
c)
Membiarkan penyimpangan-penyimpangan.
d)
Tergesa-gesa meminta respon siswa.
e)
Membiarkan siswa yang malas/ enggan
melakukan diskusi kelompok.
f)
Gagal mengakhiri diskusi dengan
efektif, sehingga tujuan melakukan diskusi tidak tercapai.
7.
Keterampilan Mengelola Kelas dan
Disiplin
Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Mengelola kelas merupakan kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar,
misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian penghargaan bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau
penetapan norma kelompok yang produktif. Suatu kondisi belajar yang optimal
dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran.
Keterampilan
mengelola kelas dan disiplin dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang optimal dan
keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi yang optimal.
Komponen dari keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi yang optimal meliputi:
a.
Bersikap tenang, untuk menciptakan dan
memelihara kondisi yang optimal diperlukan suatu ketenangan sehingga membuat
situasi dan kondisi dapat dikendalikan sesuai dengan harapan. Kegiatan yang
dapat dilakukan dalam hal ini adalah:
1)
Memandang dengan seksama mimik maupun
gerakan dari pesera didik, sehingga guru dapat mengendalikan situasi dan
kondisi agar tetap fokus dalam pembelajaran.
2)
Gerakan mendekati, kegiatan ini dapat
dilakukan untuk melihat aktivitas yang dilakukan peserta didik saat
berlangsungnya pembelajaran. apakah peserta didik tersebut benar-benar
memperhatikan pelajaran atau melakukan hal lain.
3)
Pernyataan guru, kegiatan ini dapat
dilakukan jika sebagian besar dari jumlah peserta didik tidak memperhatian
jalannya pembelajaran sehingga perlu dikondisikan agar kembali tenang dengan
pernyataan guru.
4)
Teguran, dilakukan tepat waktu atau
pada saat itu juga dan langsung mengenai sasaran, tidak melalui perantara.
b.
Membagi perhatian, kegiatan ini dapat
dilakukan oleh guru baik secara verbal, visual,maupun gabungan keduanya. Hal
ini dilakukan untuk mempertahankan fokus peserta didik terhadap jalannya proses
pembelajaran.
c.
Memusatkan perhatian kelompok, kegiatan
ini dapat dilakukan dengan menyiapkan, menciptakan/ mengarahkan perhatian, dan
menyusun komentar.
d.
Menuntut tanggung jawab siswa, hal ini
dapat dilakukan guru dengan cara menyuruh siswa lain mengawasi rekannya atau
menyuruh siswa menunjukkan pekerjaannya.
e.
Memberikan petunjuk yang jelas kepada
seluruh kelompok dan kepada siswa secara individua.
f.
Menegur, ketika guru menegur peserta
didiknya harus dilakukan dengan:
1)
Tegas dan jelas, sehingga maksud dari
teguran tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami oleh peserta
didik.
2)
Menghindari peringatan yang kasar,
karena peringatan kasar dapat membuat mental anak terganggu sehingga dapat
menyebabkan ketakutan yang berlebihan kepada gurunya sendiri.
3)
Menghindari ocehan/ ejekan, dalam
menegur siswa, guru harus menggunakan kalimat yang sopan dan tidak menggunakan
kaliamat ejekan. Kalmat ocehan/ ejekan dapat menyakiti hati peserta didik, jika
peserta didik telah sakit hati, maka akan timbul rasa benci pada gurunya
sendiri. Untuk itu, pemberian teguran dengan ocehan/ ejekan perlu dihindari
oleh guru.
g.
Memberi penguatan kepada peserta didik
sehingga tidak timbul keraguan pada diri peserta didik dalam melakukan suatu
hal atau dalam memahami materi pembelajaran.
Komponen
dari keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi yang optimal,
antara lain:
a. Modifikasi tingkah laku
Cara
sederhana dalam memodifikasi tingkah laku, yakni dengan memerinci, memilih, dan
bekerjasama. Sedangkan cara luas yang dapat digunakan untuk modifikasi tingkah
laku antara lain:
1)
Meningkatkan tingkah laku yang
diinginkan.
2)
Mengajar tingkah laku yang baru.
3)
Mengurangi dan menghilangkan perilaku
yang tidak diinginkan dengan penghapusan penguatan, hukuman, membatalkan
kesempatan, dan pengurangan hak.
b. Pengelolaan kelompok,
dalam pembuatan kelompok perlu dikelola dengan baik dan adil sehingga tidak
terjadi ketimpangan antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Dengan
demikian kelompok dapat berjalan dengan baik tanpa timbul keirian dari
masing-masing kelompok.
c. Memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah, dalam hal ini guru dapat
mendiskusikannya dengan guru lain, konselor, atau kepala sekolah jika dirasa ia sulit menemukan solusi yang
tepat atau kurang yakin dengan solusi yang ia buat, dengan demikian terjadi
kerjasama sehingga akan lebih cepat terselesaikannya masalah.
Kekeliruan yang harus dihindari guru ketika mengelola kelas
agar menjadi lebih efektif:
a.
Campur tangan yang berlebihan (teachers
instruction).
b.
Kesenyapan (fade away).
c.
Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri
kegiatan (stop and stars)
d.
Penyimpangan (digression)
e.
Bertele-tele (overdwelling)
8.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
dan Perorangan
Kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai penggabungan dari
kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan. Ini berarti bahwa mengajar
kelompok kecil dan perorangan terjadi dalam konteks klasikal atau menyeluruh, namun
bukan berarti bahwa siswa terus menerus belajar dalam kelompok kecil dan
perorangan, denga demikian siswa akan mengalami kegiatan belajar secara
klasikal, kelompok kecil, dan perorangan digunakan sesuai dengan topik
pembahasan yang sedang dipelajari dan tujuan yang akan dicapai.
Bentuk
pengajaran untuk kelompok kecil berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8
peserta didik, dan seorang untuk perorangan. Pengajaran kelompok kecil dan
perorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta
terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa
dengan siswa.
Tujuan
keterampilan mengajar kelompok kecil, antara lain:
a.
Meningkatkan kualitas pembelajran
melalui dinamika kelompok.
b.
Memberikan kesempatan menyelesaikan
masalah dan cara hidup secara rasional dan demokratis.
c. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong
royong.
Sedangkan tujuan keterampilan mengajar
perorangan, antara lain:
a.
Memberikan rasa tanggung jawab yang lebih
besar kepada siswa.
b.
Mengembangkan daya kreatif dan sifat
kepemimpinan pada siswa.
c.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk
belajar lebih aktif.
d. Membentuk
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa, maupun antara siswa dengan
siswa.
Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
meliputi:
a. Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi
Menerapkan pendekatan perorangan dan kelompok kecil di
dalam pembelajaran, butuh pemahaman dan kepekaam guru terhadap siswa secara
pribadi, mengenal karakter dan kebutuhan anak dalam belajar. Guru juga harus
memiliki keterampilan khusus melakukan pendekatan psikologis akan menciptakan
suasana keakraban antara siswa dan guru. Suasana tersebut diciptakan antara
lain dengan cara:
1)
Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan
dan perilaku siswa, baik secara perorangan maupun dalam kelompok kecil.
2)
Mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang
dikemukakan siswa.
3)
Merespon secara positif pendapat siswa.
4)
Membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai.
5)
Menunjukkan kesiapan untuk membantu.
6)
Menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa
dengan penuh pengertian.
7)
Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman,
terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
b. Keterampilan mengorganisasikan
Keterampilan mengorganisasikan
pembelajran perlu dikuasai oleh guru agar dapat melaksanakan perannya dengan
baik. Beberapa keterampilan dalam mengorganisasikan meliputi:
1) Memberikan
orientasi umum tentang tujuan,tugas atau masalah yang akan dipecahkan.
2) Memvariasikan
kegiatan yang mencangkup/ penyatuan ruagan kerja,peralatan, cara kerja, aturan
– aturan yang perlu dilakukan, serta alokasi waktu tuk kegiatan trsebut.
3) Membentuk
kelompok yang tepat dalam jumlah dan tingkat kemampuan lainnya sehingg
siswasiap untuk mengerjakan tugas.
4) Mengkoordinasikan
kegiatan dengan cara melihat kemajuan belajar yang dicapai serta penggunaan
materi dan sumber ,sehingga guru dapat memberikan bantuan pada saat yang tepat.
5) Membagi
perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa sehingga guru siap membantu
siapa saja yang membutuhkan.
6) Mengakhiri
kegiatan dengan kulminasi yang dapat berupa laporan hasil dan kesimpulan dari
sebuah kegiatan.
c. Keterampilan membimbing dan memudahkan
belajar
Seorang guru
diharapkan dapat membantu siswa sehingga siswa dapat menyelesaikan tugasnya
tampa mengalami frustasi baik dalam
kelompok kecil dan perorangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1)
Memberi penguatan secara tepat dan
sesuai baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga siswa merasa bahwa mereka
diperhatikan.
2)
Melaksanakan supervisi proses awal yang
merupakn operasionalisasi dari sikap tanggap gru terhadap proses kerja siswa
pada awal memulai kegiatan pembelajaran.
3)
Melaksanakan supervisi proses lanjut
yang menekankan pemberian bantuan secar selektif agar kegiatan dapat berlangsung
secara terarah sampai menjelang akhir kegiatan. Adapun bantuan secara selektif
guru harus memilki keterampilan berinteraksi yaitu memberikan pelajaran atau
bimbingan tambahan, melibatkan diri sebagai peserta untuk memotivasi
siswa,memimpin diskusi, dan sebagai katalasator.
4)
Melaksanakan supervisi pemaduan yang
memsatkan perhatian pada kesiapan kelompok atau perorangan untuk melakukan
kegiatan akhir.
d. Rencana yang memadai
Ketika mengajar, guru
harus memiliki rencana yang memadai sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai
dengan keinginan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran yang memadai, antara lain:
1)
Penggunaan ruangan, dalam mengajar guru
memerlukan ruangan yang layak untuk proses pembelajaran sehingga dapat bejalan
dengan lancar.
2)
Penggunaan alat-alat, alat-alat dalam
mengajar sangat diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran, sehingga
terlihat lebih menarik dan lebih mudah dipahami oleh peserta didik.
3)
Penggunaan sumber, dalam mengajar
diperlukan suatu sumber pembelajaran. guru harus menggunakan lebih dari satu
sumber, agar memiliki banyak referensi.
4)
Gerakan siswa, dalam pembelajaran
gerakan siswa perlu diperhatikan untuk mengetahui apakah peserta didik nyaman
pada saat pembelajaran atau tidak.
5)
Gerakan guru, guru perlu memperhatikan
gerakannya dalam mengajar agar tidak mengganggu kenyamanan peserta didik.
Jangan bergerak terlalu berlebihan.
e. Memberikan tugas
Kegiatan yang harus dilakukan ketika
pemberian tugas, meliputi:
1)
Mengarahkan tugas dengan jelas
2)
Tugas yang diberikan mearik dan
menantang
3)
Bertingkat dari mudah ke sulit.
4)
Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
ikut merencanakan.
Prinsip-prinsip keterampilan mengajar perorangan yang harus
diperhatikan guru, yaitu:
a.
Guru perlu mengenal siswa secara
pribadi, sehingga kondisi belajar dapat diatur dengan tepat.
b.
Siswa bekerja bebas dengan bahan yang
telah siap pakai, seperti: modul, paket belajar, atau dengan bahan yang telah disiapkan
oleh guru sendiri.
c.
Tidak semua mata pelajaran cocok
disajikan secara perorangan.
Sedangkan
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam keterampilan mengajar pada kelompok
kecil, yaitu:
a.
Mengajar di dalam kelompok kecil yang
bercirikan:
1)
Memiliki keanggotaan yang jelas.
2)
Terdapat kesadaran kelompok.
3)
Memiliki tujuan bersama.
4)
Saling tergantung dalam memenuhi kebutuhan.
5)
Ada interaksi dan komunikasi antar
anggota.
b.
Kualitas kelompok diharapkan dapat
berperan secara positif, apabila syarat-syarat kelompok dipenuhi, yaitu:
1)
Terjadi hubungan yang akrab diantara
sesame anggota.
2)
Terjadi hubungan yang erat dan kompak
diantara anggota kelompok.
3)
Para anggota memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi.
4)
Para anggota memiliki rasa kebersamaan
yang kuat.
c.
Pedoman pelaksanaan
1)
Pembentukan kelompok, sebaiknya jumlah
anggota kelompok antara 5-7 orang dengan pertimbangan bahwa semakin banyak
anggota, maka semakin berkurang efektivitas dan aktivitas belajar setiap
anggota. Pembentukan kelompok dilakukan berdasrkan minat, pengalaman, dan
prestasi belajar.
2)
Perencanaan tugas kelompok.
3)
Persiapan dan perencanaan diskusi.
d.
Pelaksanaan, yang meliputi beberapa hal
berikut:
1)
Pelajaran diawali dengan pertemuan
klasikal, untuk memberikan informasi umum kepada semua siswa.
2)
Guru mempersilahkan masing-masing
kelompok untuk melaksanakan tugas ditempat yang tersedia.
3)
Guru melakukan supervise dan mengikuti perkembangan
proses pembelajaran dalam kelompok.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keterampilan
mengajar guru adalah seperangkat
kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman
seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.
Keterampilan
yang harus dimiliki guru dalam mengajar minimal ada 8 keterampilan, yaitu
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan,
keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan
variasi mengajar, keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil, keterampilan
mengelola kelas dan disiplin, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perorangan. Kedelapan kemampuan tersebut harus dilaksanakan secara utuh dan
terintegrasi, sehingga diperlukan latihan secara sistematis agar tercipta
pembelajaran yang kreatif, invatif, profesional, dan menyenangkan. Untuk itu
guru harus memperhatian tiap komponen ataupun prinsip pelaksanaan dari
kedelapan keterampilan dalam mengajar tersebut.
B. Saran
Sebagai
calon guru hendaknya mengerti dan menguasai delapan keterampilan dalam
mengajar, sehingga kemampuan tersebut kelak dapat diterapkan ketika telah
menjadi guru. Bagi guru, keterampilan mengajar merupakan hal pokok yang harus
dimilikinya, untuk itu guru hendaknya selalu mengasah dan meningkatkan
kemampuannya dalam mengajar, agar dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang
kondusif, efektif, dan menyenangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
E. Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Muhammad Ali. 2008. Guru
dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
S. L. La Sulo, dkk. 1980. Micro-Teaching. Jakarta: P3G Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
ByVrening ^_^